Sabtu, 22 Oktober 2016

The Last

Hujan lagi malam ini
Seperti biasa aku tak bisa tidur
Kau merupakan salah satu alasan untuk ku terjaga
Dingin aku kedinginan
 

Rindu hangatnya pelukanmu
Meski kau bukan milikku aku sudah tak peduli itu

Aroma tubuhmu bercampur dengan bau tanah diwaktu hujan itu
Bau tanah yang selalu aku sukai

Seperti aroma tubuhmu yang selalu ku damba dan ku ingat
Aku tetap suka meski kau tak suka aku
Peduli apa aku tentang arti cinta
Bagiku berada disampingmu dan melihat senyummu saja itu sudah cukup

Hujan gerimis saja aku tetap menuju mu
Tak peduli langkah basah aku tetap ingin bertemu
Alibi apa nyatanya aku hanya rindu
Novel itu cuma jadi alasan

Terserah kau mau bilang apa, aku hanya ingin bertemu
Senang, sesak, sepi, bahagia, semua menyatu saat ku dipelukmu
Aku senyum tapi tak tau perasaan aneh apa ini
Entahlah apa arti dari cinta tak harus memiliki

Selasa, 18 Oktober 2016

Aku Siapa

Biarkan dia kesepian, biarkan dia sendirian
Biar ia berpikir, biar ia pikirkan
Biar ia tau apa makna dari kehilangan

Aku tak percaya airmatanya
Aku tak percaya ia bisa menangis
Mungkin benar dia menangis, tapi pasti bukan untukku
Airmata palsu itu bukan untukku
Untuk apa aku menginginkan airmatanya?
Tak berguna

Perih saja sudah bisa terlihat, nampak digaris wajahnya
Mata sendunya telah bercerita banyak
Astaga. Aku tertarik
Jangan. Aku hampir terbawa lagi
Apanya teman apanya cinta
Dua-duanya aku tak mengerti

Bahkan untuk berharap saja aku tak bisa lagi
Sekali lagi aku sadar aku siapa
Hanya ingin berteman tapi sudah tersingkirkan duluan
Jangan kesini jangan mencari
Saat kesepian jangan kemari
Aku bukan Tuhan

Bukan masalah siapa yg mau menerima apa adanya
Yg ku lihat dia tak mau berjalan bersama
Mungkin malu dengan tatapan orang kepadaku
Mungkin malu berteman denganku

Dalam berteman saja tidak bisa menerima
Untuk itu aku pergi saja

Jumat, 14 Oktober 2016

Malam Terang

Sejak kapan malamku jadi terang
Silau semua aku tak bisa tidur
Ini malam tapi terang
Aku bingung kenapa malamku terasa panjang
Ada kamu dimalamku, ya, ada kamu
Hey, aku salah
Ada kamu bukan hanya dimalamku
Kamu dipagi, siang, sore dan malamku
Kamu dimana?
Kamu dipikiranku
Kamu yg ternyata hanya ada dimimpiku
Mimpi apa?
Mimpi terindah sebelum mati
Satu tahun setengah bukan hanya angka
Aku sadar aku siapa
Aku bersyukur dimilikimu
Aku bersyukur ku dipelukmu dalam mimpiku

Minggu, 09 Oktober 2016

Mati Sepi

Terkurung digelapnya sepi
Menangis sampai tak bersuara lagi
Tersentak, aku sesak
Terdiam, aku letih
Bicara bagaimana bisa
Bagaimana bisa bicara
Tercekat aku terikat
Sakit terkekang jiwaku mati
Sampai jiwaku mati aku terkekang sakit
Sempit rasanya gelap
Hilang cahaya hilang suara
Kering airmata mati rasa

Kamis, 06 Oktober 2016

Stupidity



“Oh my God,
oh my God,
if only he knew,
if only he knew,
if only he knew about the world without the bullshit and the lies.”
Suara alarm dari sebuah lagu yang berjudul The Final Episode (Let's Change Channel) oleh Asking Alexandria terdengar dari dalam kamar Lynell Alexander, tepat pukul 5 pagi. Ia terbiasa memasang alarm tepat pukul 5 pagi untuk melaksanakan solat subuh dan bersiap berangkat ke kampus. Suasana kota Jakarta yang ramai dan macet membuat pagi hari Lynell terasa menyebalkan.
“Senin pagi, harus macet – macetan dijalan lagi naik angkot. Menyebalkan”. Ujar Lynell. Ia pun berangkat ke kampus dengan menumpang kendaraan umum. Untuk sampai dikampus, Lynell harus menaiki angkutan umum sebanyak dua kali. Setelah menempuh perjalanan selama satu jam, ia pun sampai dikampus.
“Good morning !”
“Morning Lynell”. Ujar Rebecca, sahabat Lynell yang dikenalnya sejak pertama kali mereka melaksanakan OSPEK dikampus. Mereka kemanapun selalu berduaan, seperti seorang adik kakak.
“Kenapa lu tambah kurus sih, nell? Lu itu kurus banget seperti orang yang terkena penyakit anorexia tau gak”. Ujar Rebecca.
Memang, Lynell merupakan seorang cewek cantik dengan rambut panjang, tinggi dan kurus, berkulit putih, dan tentunya dengan hidung mancung yang menawan. Dia berusia 20 tahun, kini ia duduk dibangku sebuah universitas swasta. Lynell juga merupakan seorang cewek yang sensitif, manja, cengeng, penuh kasih sayang, namun ia juga berkepribadian sangat lemah.
“Iseng banget sih lu ! Daripada lu, gendut !”. Ujar Lynell sambil menjulurkan lidahnya meledek Rebecca.
Mereka memang sering bercanda dan saling meledek satu sama lain, namun mereka tidak pernah tersinggung atau marah dengan perkataan sahabatnya.
Jam pertama pun telah habis. Mereka segera menuju masjid untuk solat dzuhur, kemudian menuju kantin untuk makan siang bersama. Ketika mereka sampai dikantin, mereka memesan makanan dan menunggu dibangku yang telah disediakan.
“Re, lu inget gak cowok yang waktu OSPEK gue ceritain?”.
Who is that?”.
“Isssh...yang gue bilang ganteng. Cowok kurus, tinggi, idung mancung, gondrong, tapi ganteng banget. Inget gak?”.
I don’t know, nell. I can’t remember him. Maybe, if I saw him, I’ll remember that”.
“Huh, pelupa !”.
Suddenly, Lynell melihat seorang cowok yang dia maksud tadi. Cowok ganteng yang merupakan seniornya, dan ternyata mereka dalam satu fakultas, Sastra Inggris. Cowok itu bernama Rabel Hanif Rabbani. Rabel merupakan seorang kakak senior Lynell dikampusnya. Dia adalah seorang cowok yang ganteng, keren, tinggi, famous, dan menyenangkan. Jika Lynell menatapnya, dia merasa jatuh cinta, lagi dan lagi. Baginya, Rabel mirip seorang artis Indonesia, Adipati Dolken. Pertama kali Lynell bertemu Rabel, yaitu saat ia mengikuti serangkaian acara OSPEK dikampusnya. Sejak pertama Lynell melihatnya, ia telah jatuh cinta. Lynell seolah tidak bisa mengedipkan matanya saat ia melihat cowok itu. Bibirnya pun terkunci, seolah tidak bisa berkata apapun.
“Itu ... itu cowok yang gue maksud tadi. Ganteng banget !”
“Mana? Mana cowoknya?”
“Itu ! Dia pakai baju kemeja kotak kotak merah lengan panjang. Yang rambutnya gondrong itu !”
“Hmmm .. yang itu?”. Rebecca memperhatikan cowok tersebut. “Siapa namanya?”
“Namanya Rabel. Lu gak inget waktu kita OSPEK? Dia memperkenalkan diri, sejak saat itu gue tau namanya, dan gue jatuh cinta pada pandangan pertama olehnya”, Lynell bicara sok puitis.
“Huuh ! Dasar jomblo !” Seru Rebecca membuyarkan bualan Lynell.
Lynell hanya tersenyum menanggapi ejekan temannya itu. Sebenarnya, ia telah memiliki seorang kekasih sejak satu minggu yang lalu. Namun, ia belum mau bercerita kepada siapapun, termasuk Rebecca, sahabatnya sendiri. Ia merasa tidak perlu menceritakan tentang kehidupan pribadinya, dan kehidupan asmaranya. Ia berpikir “Ini kan kampus, kita gak tau, mana yang benar-benar teman, mana yang bukan. Bahkan, teman bisa jadi lawan”, ujarnya dalam hati. Lynell juga tak tau sampai kapan ia merahasiakan hubungannya dengan cowok tersebut. Namun ia tau, cepat atau lambat pasti kebenaran akan terungkap.
Setelah menghabiskan makan siang mereka, Lynell dan Rebecca kembali ke kelas untuk melanjutkan pelajaran kedua.

***
Ohaiyo Gozaimas”, Siska Sensei menyapa sembari memasuki ruang kelas. Seketika semua mahasiswa langsung duduk dengan teratur dan menjawab “Ohaiyo Sensei”. Saat itu, ruang kelas terasa sangat panas dan tidak nyaman. Sebagian mahasiswa merasa mengantuk, padahal kelas baru saja dimulai. Seperti biasa, Lynell duduk di deretan kursi dekat pintu, barisan kedua pojok paling kanan, “its my favorite place”, gumam Lynell. Ketika ia juga mulai merasa mengantuk, tiba-tiba terdengar suara hentakan sepatu seorang cowok. Suara itu semakin mendekat, dan muncullah sosok cowok yang tak asing lagi bagi Lynell. Yup ! There is Rabel.
“Kenapa kamu terlambat?” tanya Siska Sensei dengan penuh kecurigaan.
“Macet, Sensei”  jawab Rabel asal. Dia langsung menduduki kursi dibarisan pertama sebelah kanan dekat pintu, didepan Lynell. Otomatis, jantung Lynell seakan berhenti berdegup, wajahnya pucat pasi. Ia menatap punggung cowok itu dan berkata pada dirinya sendiri “Oh my God ! I can’t believe it !”. Seorang Rabel yang selama ini ia kagumi secara diam – diam sekarang berada disatu kelas yang sama dengannya, bahkan duduk didepannya. Selama pelajaran bahasa Jepang itu, Lynell tidak bisa berkonsentrasi. Ia tidak menyangka bahwa Rabel ternyata satu kelas dengannya di mata kuliah bahasa Jepang. Usai kelas, ia langsung mengintrogasi Rebecca tentang hal itu. Namun ternyata Rebecca juga baru mengetahui bahwa mereka sekelas dengan Rabel.
Seriously ! I swear I don’t know about it, nell” kata Rebecca sambil mengacungkan kedua jarinya menandakan ia tidak berbohong. “Okay, kalau memang begitu, gue gak jadi marah sama lu”. Lynell bingung, ia harus senang atau sedih bisa satu kelas dengan cowok yang ia suka. Dia senang, namun disatu sisi, ia juga sedih karena itu berarti dia tidak akan bisa berkonsentrasi selama pelajaran berlangsung.
Good afternoon my honey. Remember to lunch and midday pray dear”, Lynell membaca sebuah pesan singkat dari handphonenya. Pesan itu tentu saja dari Bian, pacarnya yang telah jadian dengannya selama satu minggu. Lynell langsung membalas pesan singkat itu dan mereka saling berbalas pesan satu sama lain.
Sebenarnya, Lynell belum yakin terhadap perasaannya kepada Bian karena ia menyukai Rabel. Lynell juga belum benar-benar mengenal Bian, sehingga ia belum mengetahui apakah Bian seorang lelaki yang baik atau tidak. Bian Ardiwinata, itulah nama lengkap dari pacar Lynell. Cowok berumur 21 tahun, dengan rambut pendek yang ikal, hidung mancung, kulit coklat, tubuh tinggi dan kurus. Tak hanya itu, Bian juga bermata sendu dan berjenggot tipis. Bian merupakan pegawai disebuah perusahaan swasta. Dia benar-benar mencintai Lynell sehingga nyaris buta kepadanya. Cintanya itu menjadikan Bian seorang yang emosional, posesif, namun tetap saja jika ada masalah dengan Lynell, ia pasti menangis.
Usai kuliah, Lynell dan Rebecca langsung pulang kerumah masing-masing. Sore itu hujan, sehingga sesampainya dirumah, tubuh Lynell sudah basah kuyup. Lynell mandi dan berpakaian, lalu tertidur pulas. Hari itu merupakan hari yang menakjubkan dan sangat melelahkan baginya.
***
Seminggu telah berlalu. Rutinitas kuliah yang dialami Lynell sangat membuatnya kelelahan. Seperti biasa, Lynell dan Bian bertemu setelah satu minggu saling menahan rindu. Bian menunggu didepan gang rumah Lynell. Siang yang sangat cerah dihari Minggu membuat suasana hati mereka menjadi bahagia. Mereka bertemu dan memutuskan untuk berjalan-jalan dengan menaiki motor. Namun tiba-tiba cuaca berubah, gerimis turun membasahi tubuh mereka. Lalu mereka mencari tempat untuk berteduh dan sampailah mereka disebuah kedai. Lynell dan Bian duduk disebuah bangku panjang yang berhadapan dengan sebuah meja.
“Kamu kenapa bisa suka sama aku? Kenapa kamu mau sama aku? Banyak cewek lain diluar sana yang lebih sempurna dari aku”, Lynell membuka pembicaraan dengan beberapa pertanyaan kepada Bian. “Gak tau. Aku suka kamu tanpa alasan. Kamu bisa bikin aku nyaman dan melupakan semua masalahku. Gak peduli banyak cewek lain yang lebih sempurna dari kamu diluar sana, aku tetap milih kamu”, Bian menjawab sambil tersenyum kepada Lynell. “Gombal”, jawab Lynell. Setelah hujan reda mereka melanjutkan perjalanan mereka dan sampailah disebuah taman yang indah. Ditaman itu terdapat beragam jenis bunga dan pohon-pohon yang rindang. Bian dan Lynell duduk dibangku yang ada dibawah pohon salah satu taman tersebut. Bian terlihat agak pendiam saat itu, tidak seperti biasanya. Mungkin semua ocehan Lynell yang daritadi terdengar tidak diperhatikannya dengan baik.
“Kamu kenapa? Lagi banyak masalah ya? Cerita dong sama aku”, tatap Lynell sambil berkata kepada Bian. “Aku nggak apa-apa kok, beneran deh.” jawab Bian, pandangannya kosong. “Terus, kenapa kamu  diam aja dari tadi?” sambung Lynell sambil memainkan rambutnya yang panjang. “Aku nggak apa-apa, sayangku” ucap Bian lalu mencium kening Lynell.
“Okay. Kita foto yuk ! Biar kayak pasangan lain di instagram”
“Pakai handphone kamu aja ya, kamera aku jelek”
“Umm, yaudah deh”
Mereka mengambil beberapa foto bersama menggunakan handphone Lynell. Entah mengapa tiba-tiba Lynell penasaran ingin meminjam handphone Bian.
“Aku pinjam handphone kamu dong, boleh nggak?”
“Buat apa? Handphone aku nggak ada apa-apanya. Kameranya juga jelek. Nggak bisa dipakai buat selfie” ucap Bian sambil memasukkan handphone nya kedalam kantung.
“Pinjamkan aku sebentar saja, please. Aku kan pacar kamu, masa nggak boleh pinjam handphone kamu sih” ucap Lynell dengan wajah sedih dan muka yang cemberut.
“Okay aku pinjamkan handphone aku, tapi sebentar aja ya” ucap Bian sambil memberikan handphone nya ke Lynell. Lynell tersenyum lalu mengambil handphone Bian.
Ia membuka semua yang ada di handphone itu. Namun ketika ia hendak membuka pesan, ia heran karena semua pesan yang ada di inbox Bian berasal dari nomor tanpa nama. Kecurigaan pun muncul saat itu juga dalam benak Lynell. Ia membuka satu persatu pesan yang ada disana, namun ternyata tidak ada yang mencurigakan. Penasarannya terhadap handphone Bian tidak cukup sampai disitu. Ia berusaha membuka aplikasi BBM yang ada di handphone Bian. Namun sayangnya, aplikasi tersebut terkunci dan Lynell tidak bisa membukanya. Lynell penasaran kenapa aplikasi BBM Bian terkunci, dan kecurigaannya terhadap Bian semakin kuat. Pikiran negatif kepada Bian mulai muncul dikepalanya satu persatu. Ia berpikir apakah Bian mempunyai cewek lain selain Lynell, dan berbagai macam pikiran negatif datang dikepalanya. Lynell hanya memendam itu semua, ia tidak ingin menghancurkan kencannya kali ini dengan Bian. Setelah itu, Lynell mengembalikan handphone Bian seolah tidak terjadi apa-apa. Mereka meneruskan kencan hingga malam tiba, dan Bian mengantarkan Lynell pulang tepat jam 7 malam. Sesampainya di depan gang rumah Lynell.
“Terimakasih untuk hari ini ya sayangku” ucap Lynell kepada Bian.
“Iya, you’re welcome my dear
“Kalo udah sampai rumah, sms aku ya sayang”
“Iya sayang tenang aja dear. Okay aku pulang ya sayangku” pamit Bian kepada Lynell.
“Okay. Take care dear” ucap Lynell sambil melambaikan tangan kepada Bian.
Pikirannya tidak bisa terfokus kepada apa yang telah ia alami bersama Bian hari ini. Lynell terus saja memikirkan mengapa Bian mengunci aplikasi BBM nya. Setelah ia selesai mandi dan membereskan diri, ia pergi menuju rumah sepupunya. Namanya Eza, ia memiliki perbedaan umur 20 hari lebih muda dari Lynell. Eza adalah seorang cowok yang tampan, baik, tinggi, kurus, dan berkulit gelap. Sesampainya Lynell dirumah Eza, ia langsung meminjam handphone Eza dan meng-invite pin BBM Bian. Sambil menunggu Bian meng-accept BBM nya, Lynell menceritakan apa yang telah terjadi hari ini antara ia dan Bian kepada Eza.
“Cowok itu susah ditebak, nell” jawab Eza. Namun ternyata jawabannya malah membuat Lynell seketika menangis.
“Loh kok lu nangis, nell? Maafin gue, gue cuma bilang, cowok itu susah ditebak. Benar, kan?” ucap Eza sambil menenangkan Lynell.
Namun setelah Eza mengambil handphone nya dari Lynell, ia baru tersadar ternyata Bian telah menerima invite BBM darinya. Di akun BBM Bian, tertulis di statusnya nama seorang cewek, dan itu bukan nama Lynell Alexander, melainkan Suyatmi Pratiwi. Menyadari hal itu, pantas saja kalau Lynell seketika menangis histeris. Karena ternyata Bian mempunyai cewek lain, bukan hanya Lynell. Lynell lalu mencari tahu siapakah cewek itu. Ia mencari tahu melalui facebook account dan ia menemukan facebook account dengan nama Suyatmi Pratiwi. Ternyata cewek itu adalah pacar Bian sejak ia duduk dibangku SMA. Lynell kecewa dan berniat untuk memutuskan hubungannya dengan Bian besok pagi.
***
Terdengar sebuah lagu dari band One Ok Rock dari dalam kamar Lynell. Sambil mendengarkan lagu, Lynell ikut bernyanyi. Lynell telah larut kedalam lagu itu, tanpa sadar ia meneteskan airmata dan mengingat semua yang pernah ia lakukan bersama Bian. Semua memori itu seakan terputar dengan sendirinya didalam ingatan Lynell dan bermain didalam otaknya seolah sedang memutar sebuah film.
“So this is heartache?
So this is heartache?
Hiroi atsumeta koukai wa,
Namida e to kawari oh baby

So this is heartache?
So this is heartache?
Ano hi no kimi no egao wa
Omoide ni kawaru
I miss you”
Its so hard to forget, you and all the regret. Oh, damn ! Gue belum memutuskan hubungan ini, tapi udah nangis ngebayanginnya,” Lynell berkata dalam diam. “How a stupid me !”, Lynell berteriak. “Kenapa gue gak tau kalo sebenarnya dia udah punya cewek lain sebelum pacaran sama gue?!” Lynell terus saja memaki dirinya sendiri. Ia bingung, bagaimana harus mengakhiri semuanya disaat mereka baru saja merasakan awal yang manis. Sebenarnya, Lynell tidak ingin memutuskan hubungannya dengan Bian, ia masih sangat mencintai Bian. Ia tahu ini bodoh, namun rasanya logika seolah bertentangan dengan hati. Mau tak mau, Lynell harus mengambil keputusan. Dan inilah keputusan yang ia pilih.
Dear Bian. I know actually you had already have a girlfriend another me. She is a Suyatmi Pratiwi, right? Thank you for everything. Thank you for all things had done, dear. I know its time to moveon from you. And all hopes has failed from my life, and now, I will go away from you”.
*Pesan terkirim*
“Ya ALLAH ! Aku tau ini yang terbaik untukku, tapi please kuatkanlah aku dalam menghadapinya,” Lynell berkata dalam tangisannya, semua airmatanya terbuang karena cowok itu, lalu ia tertidur setelah lelah menangis.
*1 pesan baru*
Bian membuka pesan singkat dari Lynell, ia terkejut membacanya. Setelah itu, ia langsung membalas pesan Lynell dengan penjelasan yang cukup panjang dan menyatakan bahwa ia tidak ingin putus dengan Lynell. Dalam pesan itu, tertulis pengakuan bahwa Bian sebenarnya memang sudah memiliki cewek lainl. Namun hubungannya dengan cewek itu sudah lama mendingin dan tidak jelas apakah masih berlanjut atau tidak. Bian juga menulis bahwa ia sangat menyesal telah menyakiti Lynell. Ia sadar, kini cewek yang benar-benar mencintainya hanyalah Lynell, bukan Suyatmi. Bian mengirimkan pesan sebanyak dua puluh kali, namun tak satupun yang dibalas oleh Lynell. Ia juga berusaha menghubungi Lynell sebanyak tiga belas kali, dan tidak satupun yang diangkat oleh Lynell.
“Percuma aja, ini gak akan berhasil,” Bian mulai putus asa.
Sore itu, tepat pukul 16:00, Lynell terbangun dengan linangan airmata yang masih membasahi pipinya. Dadanya masih terasa sesak, matanya sembab dan ia merasa badannya mulai demam. Lynell mengambil handphone nya, ia melihat ada dua puluh pesan dan tiga belas missed calls dari Bian. Ia membaca pesannya satu persatu, namun tak ada satupun yang ia balas. Lynell keluar kamar, mandi, berpakaian, dan solat ashar. Ia sengaja meninggalkan handphone di kamarnya, lalu ia pergi bermain dengan temannya di warung dekat rumahnya. Sesampainya di warung, teman-temannya malah meninggalkannya sendirian, mereka ingin berjalan-jalan menikmati sore hari. Tinggallah Lynell sendirian duduk dibangku panjang, tanpa sura.
Tiba-tiba, datang seorang cowok menghampirinya. Cowok itu merupakan sosok yang manis dengan hidung mancung, kulit coklat, bertubuh tinggi dan kurus, berambut pendek lurus, ditambah dengan senyuman yang menawan. Awalnya, Lynell tidak menyadari kehadiran cowok itu, namun seketika, cowok itu menyapanya dan membuyarkan lamunannya.
“Lynell?”
“Ya? Do you know me? How come?”. Lynell bingung karena cowok itu mengenalinya, sedangkan ia tidak.
“Gue sering perhatiin lu setiap lewat depan rumah lu, tapi mungkin lu gak pernah nyadar. Gue juga pernah ngirim pesan ke inbox fb lu. Inget?”. Cowok itu menatapnya dengan penuh senyuman, mata yang berbinar, dan terlihat sekali ia sangat antusias berbicara dengan Lynell. “Kenalin, gue Dery Aldino, panggil aja Dery,” kata cowok itu sambil mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Lynell. Lynell yang masih bingung akhirnya mau berjabat tangan, mereka pun saling berkenalan dan bertukar pin BBM.
Tanpa terasa, mereka telah mengobrol cukup lama, sampai magrib tiba. Baru pertama kali bagi Lynell, mengobrol cukup panjang dengan orang yang baru saja ia kenal. Rasanya seperti mereka telah berteman cukup lama, padahal tidak. Sejenak Lynell melupakan kesedihannya kepada Bian. Ia senang bisa berkenalan dengan cowok baru yang cukup ganteng dan easy going. Lynell pamit kepada Dery, dan mereka berpisah dipersimpangan jalan.
Sesampainya ia dirumah, Lynell solat magrib dan menyiapkan pelajaran untuk kuliah besok pagi. Ia masih mengabaikan handphone nya sampai terdengar nada panggilan masuk, ternyata itu dari Bian. Ia mereject panggilan itu sampai 3 kali, dan saat handphone nya berdering untuk keempat kalinya, ia menjawabnya.
“Hallo,” Lynell menjawab dengan nada datar, tentu saja ia malas berbicara lagi dengan Bian.
“Lynell, please dengerin aku. Aku sama dia udah gak ada apa-apa lagi. Aku tau aku salah masih masang namanya di status BBM, aku minta maaf. Sekarang aku sadar, cewek yang aku sayang cuma kamu, nell. Aku sama dia udah lama gak berkomunikasi, please maafin aku, aku sayang kamu Lynell Alexander,” Bian teriak.
Have you finished?” Lynell berkata singkat.
“Aku sungguh minta maaf sama kamu, nell, I really love you ! Aku gak mau putus !” Bian teriak lagi.
“Ya, udah aku maafin. Bye.” Lynell menutup telepon dan langsung mematikan handphone nya. Cukup baginya untuk mendengar omong kosong dari Bian, hatinya sudah terlalu remuk untuk menerimanya lagi. Terasa sesuatu yang hangat mengalir di pipinya dan jatuh membasahi bantalnya, Lynell menangis lagi.
Ia berusaha untuk tidur namun entah mengapa setiap ia menutup mata, terbayang semua kenangannya dengan Bian mengganggu pikirannya. Lynell memejamkan matanya beberapa kali, dan berdoa sampai akhirnya ia tertidur pulas. Sungguh berat bagi Lynell untuk melupakan orang yang ia sayang.
***
Tiga hari telah berlalu setelah kejadian itu. Lynell telah mengabaikan Bian yang terus berusaha menghubunginya selama beberapa hari. Dihari Kamis yang cerah, Lynell berjalan menuju kelas, ia tak seceria biasanya. Rasanya ia ingin cepat menyelesaikan pelajaran dan pulang.
“Tadi aku liat Rabel pakai kemeja yang biasanya, dia ada di kantin,” ucap Rebecca. Sejak ia tau Lynell menyukai Rabel, ia selalu memberi laporan kepada Lynell tiap ia melihat Rabel.
“Oh.” Lynell menjawab singkat.
“Lu gapapa, nell?” tanya Rebecca sambil memegang kening Lynell.
I’m very well, bec. I swear” jawab Lynell datar.
Mereka meneruskan pelajaran tanpa suara. Tidak seperti biasanya, mereka hanya mengikuti pelajaran sampai selesai dan tidak banyak mengobrol. Setelah selesai kuliah, Lynell bergegas pulang meninggalkan Rebecca.
Sorry, bec. Gue buru-buru balik duluan,” kata Lynell, dia sedang diburu waktu.
Its ok, take care, nell,” kata Rebecca sambil melambaikan tangannya ke Lynell.
Lynell berjalan melewati gang yang ada di dekat rumahnya, lalu melewati warung. Di warung itu terlihat seorang cowok duduk di bangku panjang, dia memanggil Lynell. Cowok itu tak lain adalah Dery. Dery menghampiri Lynell, menarik lengan baju Lynell dan mengajaknya duduk di depan warung.
“Lu pasti capek banget ya pulang kuliah? Ngobrol dulu, yuk !” ajak Dery, dia menyodorkan segelas ice tea untuk Lynell.
“Thanks” Lynell duduk dan meminum ice tea. Ia melepas tasnya, termenung, wajahnya terlihat sangat lelah. Terlihat jelas diwajahnya bahwa ia sedang memikirkan masalah.
“Kenapa lu, nell? Muka lu keliatan lesu banget. Kalo ada masalah, cerita aja ke gue,” kata Dery sambil meraih tangan  Lynell. Namun dengan cepat Lynell menarik lagi tangannya.
“Gapapa, ry. Jangan khawatir,” Lynell seperti tidak ingin menceritakan masalahnya dengan Bian kepada siapapun.
“Okay, gue ngerti. Kita jalan-jalan yuk, nikmatin sore hari, mau kan?” Dery keluar dari warung dan menyalakan motor, ia hendak mengajak Lynell berkeliling menikmati suasana sore yang indah. Lynell menerima ajakan Dery, ia berpikir mungkin ini akan mengurangi beban pikirannya. Dery dan Lynell lalu berkeliling menggunakan sepeda motor menikmati Jakarta sore hari. Sepanjang jalan mereka terus berbincang tentang segala hal, bercanda dan tertawa bersama. Bahkan Dery juga menceritakan bagaimana saat pertama kali ia melihat Lynell. Ternyata sudah lama Dery memperhatikan Lynell, namun Lynell tidak pernah menyadari itu.
“Lu tau, sejak pertama kali gue liat lu, gue udah jatuh cinta sama lu,” kata Dery dengan tatapan mata yang penuh makna. Namun Lynell hanya tersenyum, ia tidak menanggapi itu sebagai hal yang serius. Di perjalanan pulang, Lynell tertidur di pundak Dery dan Dery tampak sangat menikmati moment itu. Sampai di rumah, Dery membangunkan Lynell.
“Udah sampai? Oh, maaf gue ketiduran,” ucap Lynell sambil turun dari motor Dery.
Its ok, nell. Gue seneng banget bisa jalan-jalan bareng lu. Thank you, dear,” kata Dery, ia tersenyum dan hampir mencium bibir Lynell karena Lynell sudah terlebih dulu menghindar.
“Aku pulang, ry. Thank you for today,” Lynell berjalan meninggalkan Dery.
Entah bagaimana caranya Dery bisa menyukainya selama itu, tanpa ia sadari. Namun Lynell juga tidak yakin apakah yang dibicarakan Dery itu benar atau tidak. Kadang terlintas dipikirannya tentang kenangannya dengan Bian, dan kini Dery hadir di dalam kehidupannya. Semakin ia mencoba untuk melupakan Bian, semakin jelas gambaran akan kenangannya dengan Bian terlintas di memorinya. Lynell memutuskan untuk tidak melawan pikirannya tentang Bian. Ia berpikir, “biarkan saja otak ini terus memikirkan Bian. Pikirkan saja terus sampai otakmu lelah dan berhenti memikirkan dia dengan sendirinya” ucap Lynell dalam diam.
Lynell menghapus semua fotonya bersama Bian, ia juga telah menghapus semua pesan dari Bian, bahkan ia telah menghapus kontak Bian dari handphone nya.
***

Beberapa minggu tak terasa telah berlalu. Bian tidak pernah lagi mengganggu kehidupan Lynell, perasaannya pun mulai membaik. Lynell menjalani hari-hari kuliahnya seperti biasa. Namun ada yang berubah, perasaanya kepada Rabel perlahan menghilang. Seiring menghilangnya Rabel dari lingkungan kampus. Entah mengapa, ia jarang sekali hadir di kelas padahal sebentar lagi UTS tiba. Rabel yang tidak pernah menyadari kehadiran Lynell disekitarnya membuat Lynell menyerah, dan Lynell mulai berpikir bahwa Rabel adalah cowok yang sombong, tidak pantas untuk di kagumi.

Terdengar kabar bahwa Rabel telah keluar dari kampus. Pantas saja, saat dosen mengabsennya di kelas, teman-temannya berkata “Resign, maam”. “Baguslah,” pikir Lynell. Dengan begitu ia bisa fokus kuliah tanpa terganggu konsentrasinya oleh siapapun. Saat ini yang ada dipikiran Lynell hanyalah bagaimana mendapatkan nilai bagus dalam UTS. “Fokus, nell !” Lynell menyemangati dirinya sendiri.

Namun tiba-tiba saat Lynell berjalan menuju rumah, terlihat Bian menunggu di ujung jalan. “Damn, mau apa dia kesini?” Lynell bergumam sendiri. Lynell berjalan dengan cepat menghindari Bian, seolah ia tidak melihatnya. Namun Bian menghadang dengan motornya, hampir menabrak Lynell. Bian menghentikan motornya dan membuka helmnya.
“Mau apa lagi kamu kesini? Kita udah selesai, right? Masalah kita udah selesai,” ucap Lynell berusaha menghindari Bian. Namun tanpa berkata apapun, Bian menarik Lynell dan memaksanya untuk ikut bersamanya. Lynell tidak bisa melawan dan terpaksa mengikuti kemauan Bian. Mereka sampai di sebuah bangunan yang belum selesai dibangun.
“Aku masih cinta kamu, nell. Sumpah ! Aku udah gak ada hubungan apapun dengannya,” Bian berteriak. Lynell hanya terdiam melihat Bian berteriak seperti orang gila. Bian mengancam akan lompat dari gedung jika Lynell tidak mau menerima cintanya kembali. Lynell masih terdiam, ia tidak takut dengan ancaman Bian. Namun tiba-tiba Bian berjalan menaiki gedung dan berteriak “I LOVE YOU, LYNELL ! Kalo kamu gak mau nerima aku lagi, aku akan lompat,” Bian teriak.
“Coba aja,” said Lynell.
Kemudian, Bian menghitung untuk mulai melompat. “1, 2, ...”, ketika Bian hampir saja melompat, Lynell berteriak “Okay ! Okay ! Aku mau nerima kamu lagi ! Turun ! Jangan lompat, bodoh !”.
Mendengar hal itu, Bian turun dari gedung dan tidak jadi melompat. Dengan senyuman seperti srigala yang berhasil menangkap mangsanya, dia mencium bibir Lynell dengan penuh cinta. Ciuman yang lembut namun kuat itu memabukkan Lynell, ia tak kuasa menolak. Sejujurnya, Lynell juga masih sangat mencintai Bian walaupun ia pernah menyakiti hatinya.
“Berjanjilah untuk tidak akan pernah menyakiti aku lagi,” kata Lynell. Ia terbuai oleh ciuman dan pelukan seorang Bian Ardiwinata. “Aku cinta kamu, dear,” Lynell berbisik.
“Aku janji. Aku hanya milikmu seorang, aku juga cinta kamu, dear. Aku gak akan pernah lagi main dengan cewek lain, sumpah,” ucap Bian dan menciumnya lagi.
Setelah kejadian itu, hubungan mereka makin membaik. Dery yang coba mendekati Lynell pun perlahan menjauh dari kehidupan Lynell. Setengah tahun berlalu, Bian dan Lynell masih tetap bersama. Tapi ada yang berbeda, Bian yang sekarang lebih posesif kepada Lynell dan cemburu berlebihan tiap kali mengetahui Lynell chatting dengan cowok lain. Seringkali Bian melempar handphone Lynell ketika mengetahui ada chat dari cowok lain untuk Lynell.
Bahkan suatu ketika, Lynell hampir saja di lempar dengan bangku yang terbuat dari plastik oleh Bian saat ia sedang marah. Bian juga pernah menghantamkan kepalanya ke tembok beberapa kali saat Lynell menangis dan minta putus karena perlakuan kasarnya yang menakuti Lynell. Lynell yang tidak kuat dengan perlakuan kasar Bian, mencoba untuk menyudahi hubungan ini. Namun seperti biasa, Bian menolak dan mengancam akan bunuh diri dengan mengambil pisau dapur dan hendak menyayat pergelangan tangannya sendiri. Lynell selalu terjebak dalam situasi seperti itu, dan dia tidak punya kekuatan untuk mengambil keputusan karena jauh dilubuk hatinya, ia juga sangat mencintai Bian dan berharap ia akan berubah secepatnya.
“Kenapa setiap kali kamu marah, kamu melukai dirimu sendiri?” tanya Lynell ke Bian.
“Karena aku gak mau lukain kamu, makanya, aku lebih baik melukai diri aku sendiri,” Bian menjawab, dia menggenggam tangan Lynell, menciumi seluruh wajah Lynell, dan mencium bibirnya dengan penuh cinta. Matanya selalu terpejam saat mencium bibir Lynell.
“Tapi aku gak suka. Aku gak suka cowok kasar,” kata Lynell sambil menjauh dari pelukan Bian.
“Okay, demi kamu aku akan berusaha untuk berubah. Aku gak akan pernah kasar lagi,” kata Bian sambil mencium tangan kiri Lynell. Terlihat sekali ketulusan Bian dalam mencintai Lynell, terlihat dari matanya yang selalu berbinar tiap ia berbicara dan memandangi wajah Lynell. “I love you, nell,” kata Bian. Ia memasangkan cincin emas berhiaskan permata berbentuk hati ke jari manis Lynell sebagai tanda cinta dan keseriusannya kepada Lynell. Di jari manisnya pun terpasang cincin emas polos yang melambangkan bahwa ia hanya dimiliki oleh seorang Lynell Alexander.
***
Suatu hari Lynell terlambat pulang dari kampus. Hari sudah gelap, namun ia masih dikampus karena baru saja menyelesaikan rapat jurnalistik. Bian menawarkan jemputan, namun Lynell menolak karena ia masih bisa pulang sendiri. Lynell ingin pergi ke toilet namun tiba-tiba ia terkejut karena melihat Rabel ada di hadapannya. Rabel tiba-tiba mendekatkan wajahnya ke arah Lynell, sepertinya ia sedang mabuk.
Are you okay, bel?” Lynell bertanya, nada bicaranya agak sedikit takut. Ia senang bisa bertemu bahkan di hampiri oleh Rabel, namun dalam situasi seperti ini malah membuatnya ketakutan.
“Aku tau, selama ini kamu sering memperhatikan aku, kan? Apa kamu suka aku?” tanya Rabel kepada Lynell. Ia terus mendekat ke arah Lynell sampai akhirnya Lynell terpojok di sudut dinding kampus yang gelap dan sepi. Memang, saat itu sebagian mahasiswa sudah pulang dan ruang kelas juga sudah di matikan lampunya.
“Gimanaa kakak bisa tau? Aku gak pernah berkata apapun. Lagipula, apa yang kakak lakukan disini? Bukannya kakak udah resign dari kampus ini?” Lynell mencoba mengalihkan pembicaraan dan berusaha kabur menghindari Rabel yang sepertinya sedang mabuk berat. Namun usahanya tidak berhasil, Rabel memeluknya erat dan berusaha mencium leher Lynell.
Menyadari dirinya terancam, Lynell berusaha berteriak meminta pertolongan, namun tidak ada yang mendengarnya. Rabel membawanya ke sebuah kelas yang gelap namun tak terkunci.
“Kalau kamu benar suka aku, ayo kita bersenang-senang. Lagipula, aku memang sudah resign, tapi aku sering kesini di malam hari untuk menikmati gadis-gadis polos kayak kamu,” Rabel menatap Lynell seperti seekor harimau yang akan memangsa hasil tangkapannya. Rabel langsung menciumi sekujur tubuh Lynell setelah ia berhasil membuka semua baju yang Lynell pakai. Lynell berteriak dan memberontak, namun tubuhnya tak cukup kuat untuk melawan Rabel. Memang ia menyukai Rabel, namun bukan seperti ini yang ia harapkan. Lynell menangis sejadi-jadinya, terlambat, Rabel telah berhasil menindihnya dan merobek keperawanannya. Rabel melakukannya berulang-ulang kali sampai ia merasa puas. Darah keperawanan terasa mengalir dari selangkangan Lynell, bersamaan dengan mengalir deras airmatanya.
Terakhir, Rabel memeluknya sambil melakukannya lagi dan menciumi bibir Lynell.
“Kamu suka? Apa kamu masih suka aku? Oh dear, kamu sangat spesial. Kamulah yang ternikmat yang pernah aku rasain dibanding dengan perempuan lain.” Rabel terus melakukannya tak peduli Lynell menangis histeris. Lynell tak menyangka, orang yang pernah ia kagumi selama ini, ternyata adalah orang yang bajingan dan telah merenggut keperawanannya. Setelah Rabel puas melampiaskan hasratnya kepada Lynell, ia meninggalkannya sendirian di dalam kelas yang gelap itu.
Beberapa saat setelah Rabel keluar kelas, terdengar suara orang terjatuh dari lantai 5 kelas yang tadi ia tempati untuk melampiaskan hasratnya. Ternyata Lynell bunuh diri dengan lompat dari lantai 5 di kampusnya.
Bian yang mendapat kabar tersebut dari pihak kampus langsung menuju kampus dan mendapati Lynell sudah tidak bernyawa. Ia berteriak memanggil nama Lynell dan menangis sejadi-jadinya. Cincin yang ia berikan kemarin masih terpasang rapih di jari manis Lynell dan berlumuran darah.
_THE END_

T E M A N



Detik waktu berjalan dan terbuang
Tak terasa kita telah bersama, teman
Beranjak dewasa, wajahmu semakin menawan
Entah ada apa didalam hati dan pikiran
Mata ini tak letih terus memandang
Wajah itu, yang biasa temani hari petualanganku
Senyum itu, ah... mengapa ku jadi suka

Setelah sekian lama kita saling mengenal, tapi entah
Malamku terasa lebih panjang, aku tak bisa tidur
Hujan pun turun menambah kegelisahan ini
Aku bertanya apa ini cinta?
Aku mencari apakah kau juga rasa yang sama?

Mungkin selama ini kita terperangkap dalam zona nyaman
Hingga kita tak menyadari rasa ini berubah arti
Arti cinta untukku, apakah sama bagimu?

Hawa dingin sisa hujan semalam melukiskan bias tawamu
Kita pernah tertawa, bernyanyi bersama
Bersama hujan dan nada yang kau ciptakan