Selasa, 13 Desember 2016

Research Method in Literature





KRITIK JOHN STEINBECK TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL DI AMERIKA PADA ERA 1940-AN CERMINAN MARXISME HEGELIAN DALAM NOVEL THE PEARL






Research Methods in Literature
Prof. Dr. Hj. Albertine Minderop, MA

Firda Prihatin
2014130036


UNIVERSITAS DARMA PERSADA
Jl. Raden Inten II (Terusan Casablanca), Pondok Kelapa
   Jakarta Timur 13450 Telp. 8649051/8649052





BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
John Steinbeck pertama kali dikenal luas dengan karya Tortilla Flat (1935). Novel Steinbeck semua dapat diklasifikasikan sebagai novel sosial yang berhubungan dengan masalah ekonomi tenaga kerja pedesaan. Tahun 1939 ia menerbitkan karya yang dianggap sebagai karya terbaik, The Grapes of Wrath, kisah petani sewaan dari Oklahoma yang tidak dapat mencari nafkah, pindah ke California di mana mereka menjadi pekerja migran. John Steinbeck adalah seorang pengarang kenamaan Amerika yang sebagian besar karyanya terinspirasi dari kejadian-kejadian nyata. Karyanya yang danggap sebagai modern parable terhadap kondisi Amerika pada saat itu adalah The Pearl. Dengan menggunakan latar peristiwa tegangan konflik antara ras Indian dan kulit putih pada novel The Pearl, Steinbeck mencoba mengungkapkan kepeduliannya terhadap masalah kesenjangan status sosial di Amerika pada saat itu.[1]

Dalam penelitian ini saya menggunakan novel The Pearl sebagai objek penelitian. Novel ini bercerita tentang sebuah keluarga kaum nelayan miskin yang anaknya terkena racun kalajengking. Ayahnya menemukan sebuah mutiara yang besar dan berniat menjualnya untuk membiayai pengobatan sang anak, namun terjadilah perebutan mutiara tersebut sehingga menyebabkan tragedi.

Masalah dalam novel ini merupakan perebutan mutiara yang berujung tragedi. Kino berusaha menyembuhkan anaknya yang terkena racun kalajengking. Ia hanyalah seorang kaum nelayan miskin yang tinggal di desa terpencil yang tidak mempunyai kuasa untuk melakukan apapun. Kino menemukan mutiara terbesar dan berniat menjualnya untuk biaya pengobatan anaknya. Ia beranggapan bahwa mutiara itu bisa mengubah hidupnya jadi lebih baik, namun yang terjadi justru perebutan mutiara itu sehingga berujung tragedi. Untuk itu, saya tertarik meneliti novel ini karena mengandung kritik John Steinbeck terhadap kesenjangan sosial di Amerika pada saat itu.
B.     Tinjauan Pustaka
Karya-karya  John Steinbeck banyak yang mendunia. Tidak heran, banyak orang yang menggunakan karyanya sebagai objek penelitian. Peneliti terdahulu telah meneliti karya John Steinbeck berjudul The Pearl dengan menggunakan pendekatan semiotika, linguistik, dan fungsi “Have” dalam novel tersebut. Sedangkan saya ingin meneliti dengan tema yang lain dari peneliti terdahulu  diatas. Seperti pandangan  peneliti  lain yang menungkapkan :
Berdasarkan analisis semiotika, disimpulkan bahwa mutiara memang merupakan penanda utama novel, di mana seluruh rangkaian cerita yang bergulir, bersumber dari mutiara. Pemaknaan mutiara sebagai penanda utama dapat diperjelas dalam analisis sintagmatik-paradigmatik yang didasarkan atas sebuah oposisi biner penjajah dan terjajah. (Anna Sriastuti, Diponegoro University Institutional Repository)[2]
Penelitian ini menyoroti fitur-fitur linguistik yang digunakan oleh John Steinbeck dalam novel pendeknya, The Pearl, dan bagaimana fitur-fitur tersebut menjadi bentuk-bentuk foregrounding yang menarik perhatian pembaca. Di samping itu, penelitian ini juga membahas keistimewaan Steinbeck sebagai seorang penulis besar dari Amerika Serikat, yang dapat membuat bentuk-bentuk foregrounding ini menjadi faktor-faktor yang dapat mendukung elemen-elemen sastra dalam novel tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan menggunakan teknik acuan atau referensial. Teori yang digunakan adalah teori campuran (eklektik), yang bersumber dari para pakar linguistik bahasa Inggris dan juga para pakar sastra Inggris. Penelitian ini menghasilkan beberapa temuan, yaitu bahwa fitur-fitur linguistik yang menjadi bentuk foregrounding dalam novel ini adalah bentuk-bentuk majas yang digunakan untuk mendukung penokohan dan seting tempat, penggunaan proses material untuk mendukung penokohan, penggunaan kata sambung ”and” untuk mendukung seting tempat dan alur cerita. (Dr. Trisnowati Tanto, M.Hum. Universitas Kristen Maranatha Bandung)[3] 
Pembahasan fungsi “Have” pada Novel John Steinbeck yang berjudul “The Pearl” bertujuan untuk mengklasifikasi jenis-jenis fungsi penggunaan “Have” dalam pembentukan kalimat pada novel tersebut seperti Full verb, Auxiliary verb, Causative verb, Special usage yang mencakup Inversion, noun, idiom, etc. Kemudian memahami arti dari kata “Have” yang memiliki lebih dari satu arti misalnya mempunyai atau memiliki, jika, sudah, harus, meminta atau menyuruh, melahirkan, sakit atau menderita, dan makan. Penulis mengoptimalkan penelusuran internet dan pencarian data-data dari perpustakaan untuk mendapatkan informasi seputar pembahasan tersebut. Perpaduan antara metode kualitatif dan kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini memberikan penjelasan tentang fungsi “Have” semaksimal mungkin dan disajikan dengan tabulasi data yang mendukung keabsahan dari penelitian ini. Mayoritas jenis fungsi “Have” pada novel tersebut terdapat pada jenis Auxiliary Verb yaitu sebanyak 180 kata dari 225 kata “Have” atau jika dipersentasekan sejumlah ( 80 %). oleh karena itu, dengan pemaparan ini Penulis berharap thesis ini dapat menambah pemahaman tentang Fungsi “Have” sehingga akan lebih mudah untuk memahami isi dari karya sastra. (Drs. Chairul Husni, M. Ed. TESOL. ; Dra. Roma Ayuni Lubis, M. A)[4]
C.     Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan tinjauan pustaka di atas, saya mengidentifikasikan masalah dalam karya sastra ini adalah bahwa masyarakat Amerika mempunyai pandangan yang berbeda tentang kehidupan dan status sosial, perbedaan status sosial menjadi mencolok dan menarik perhatian oleh berbagai pihak. Saya berasumsi bahwa terdapat kritik John Steinbeck terutama terhadap kehidupan sosial di Amerika pada era 1940-an merujuk pada karya novelnya yakni The Pearl yang menjurus kearah kesenjangan perbedaan status sosial yang mencerminkan konsep marxisme hegelian.
D.    Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, saya membatasi penelitian pada telaah perwatakan dan sudut pandang dalam  penelitian yang mencakup pendekatan intrinsik dan ekstrinsik. Teori dan konsep yang digunakan adalah - melalui pendekatan intrinsik - sudut pandang, perwatakan, alur, dan tema. Melalui pendekatan ekstrinsik yaitu sosiologi sastra – saya menggunakan konsep sosiologi sastra marxisme hegelian.


E.     Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, saya merumuskan masalah : apakah benar asumsi saya bahwa tema novel ini adalah cerminan konsep marxisme? Untuk menjawab pertanyaan ini saya merumuskan masalah sebagai berikut :
1.      Apakah sudut pandang dapat digunakan untuk menganalisis perwatakan dan alur cerita?
2.      Apakah telaah perwatakan dan alur dapat memperlihatkan adanya konsep sosiologi sastra marxisme hegelian?
3.      Apakah telaah tema dapat dibangun melalui hasil analisis : sudut pandang, perwatakan dan alur serta mencerminkan konsep marxisme hegelian?
F.      Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah menunjukkan bahwa terdapat kritik John Steinbeck terhadap kehidupan sosial di Amerika pada era 1940-an dalam novel The Pearl yang menjurus kearah perbedaan status sosial dan marxisme hegelian. Untuk mencapai tujuan ini, saya melakukan beberapa tahapan penelitian sebagai berikut.
1.      Melalui sudut pandang menganalisis perwatakan dan alur.
2.      Menelaah perwatakan dan alur untuk memperlihatkan adanya konsep marxisme hegelian.
3.      Menelaah tema melalui hasil analisis : sudut pandang, perwatakan dan alur yang mencerminkan konsep marxisme hegelian.
G.    Landasan Teori
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, saya menggunakan teori dan konsep yang tercakup dalam pendekatan intrinsik dan sosiologi sastra. Teori sastra yang digunakan adalah : sudut pandang dengan teknik penceritaan “diaan”, perwatakan, alur dan tema. Melalui pendekatan sosiologi diawali dengan apa yang dimaksud dengan sosiologi sastra dan hubungan sosiologi sastra dengan sosiologi.

1.      Melalui Pendekatan Intrinsik digunakan konsep-konsep :
a.       Sudut Pandang – Teknik “Diaan”
Sudut pandang persona ketiga “Dia” digunakan dalam pengisahan ceritera dengan gaya “dia”. Narator atau pencerita adalah seseorang yang menampilkan tokoh-tokoh ceritera dengan menyebut nama, misalnya John, Mary dan sebagainya atau menggunakan kata ganti seperti : ia, dia, mereka. Nama-nama tokoh ceritera, khususnya yang utama kerap atau terus-menerus disebut dan sebagai variasi, pengarang menggunakan kata ganti.[5]
b.      Alur Cerita
Dalam meneliti novel ini, peneliti juga menggunakan alur cerita. Alur adalah pergerakan cerita dari waktu ke waktu, atau rangkaian peristiwa demi peristiwa dari awal sampai akhir cerita. Alur memiliki 5 jenis yaitu, Exposition, Complication / Raising Action, Crisis, Falling Action, dan Resolution.[6]

c.       Tema
Tema adalah pokok persoalan atau gagasan utama dalam cerita.[7]


2.      Melalui pendekatan ekstrinsik sosiologi sastra digunakan konsep-konsep :

Marxisme
Marxisme adalah sebuah paham yang mengikuti pandangan-pandangan dari Karl Marx. Marx menyusun sebuah teori besar yang berkaitan dengan sistem ekonomi, sistem sosial dan sistem politik. Marxisme merupakan bentuk protes Marx terhadap paham kapitalisme. Ia menganggap bahwa kaum kapital mengumpulkan uang dengan mengorbankan kaum proletar. Kondisi kaum proletar sangat menyedihkan karena dipaksa bekerja berjam-jam dengan upah minimum sementara hasil keringat mereka dinikmati oleh kaum kapitalis. Untuk mensejahterakan kaum proletar, Marx berpendapat bahwa paham kapitalisme diganti dengan paham komunisme. Bila kondisi ini terus dibiarkan, menurut Marx kaum proletar akan memberontak dan menuntut keadilan.[8]
Marxisme adalah sebuah paham yang mengikuti pandangan-pandangan dari Karl   Marx pada abad ke-18. Marx menyusun sebuah teori besar yang berkaitan dengan sistem ekonomi, sistem sosial, dan sistem politik . Pengikut teori ini disebut sebagai Marxis. Marxisme mencakup materialisme dialektis dan materialisme historis serta penerapannya pada kehidupan sosial.[9]
Marxisme Hegelian
Dengan menulis setelah revolusi Rusia, Lukacs Gramsci menyimbulkan bahwa perwujudan “hakikat” revolusi Marxisme memerlukan ditinggalkannya determinisme fatalistik yang telah mendorong kaum Marxis untuk melihat sosialisme sebagai anugerah dari langit, atau lebih tepatnya “sejarah” yang tidak tergantung kepada pilihan bebas manusia. kritik terhadap Marxisme pasif ini melibatkan pengungkapan kembali idealisme Hegelian dengan penekaan kepada kesadaran atau subjektifitas. Bagi mereka, sumbangan besar filsafat Marx terletak pada perpaduan sempurna antara kreativitas manusia dan materialistas sosioekonomi. Gramsci dan Lukacs, dalam mempertahankan penekanan pada kreativitas manusia, melihat Marxisme sebagai filsafat humanistik yang bertujuan menciptakan pencerahan budaya di mana kebebasan dan pengembangan diri menjadi hak asasi semua manusia. Dua pendukung Marxisme Hegelian tersebut sebenarnya berbeda dalam beberapa persoalan penting. Meskipun menolak determinisme mekanis, Lukacs tidak melihat masa depan sebagai sesuatu yang terbuka pada pelbagai kemungkinan kejadian.
Perbedaan lain antara antara Gramsci dan Lukacs berkenaan dengan pandangan mereka terhadap masyarakat masa depan. Sebagaimana kaum Marxis ortodoks, Gramsci adalah seorang produktivitas yang ingin menata faktor-faktor produksi sejalan dengan prinsip optimalitas, yakni rasionalisasi dan mekanisasi proses produksi.[10]

                   Marxisme Hegelian
Dengan menulis setelah revolusi Rusia, Lukacs Gramsci menyimbulkan bahwa perwujudan “hakikat” revolusi Marxisme memerlukan ditinggalkannya determinisme fatalistik yang telah mendorong kaum Marxis untuk melihat sosialisme sebagai anugerah dari langit, atau lebih tepatnya “sejarah” yang tidak tergantung kepada pilihan bebas manusia. kritik terhadap Marxisme pasif ini melibatkan pengungkapan kembali idealisme Hegelian dengan penekaan kepada kesadaran atau subjektifitas. Bagi mereka, sumbangan besar filsafat Marx terletak pada perpaduan sempurna antara kreativitas manusia dan materialistas sosioekonomi.[11]
H.    Metode Penelitian
Berdasarkan landasan teori di atas, saya menggunakan metode penelitian dengan ragam kualitatif, jenis penelitian kepustakaan, sifat penelitian interpretative/analisis dengan metode pengumpulan data berupa teks karya sastra dari novel berjudul The Pearl karya John Steinbeck sebagai sumber primer dan didukung oleh beberapa literature yang terkait dengan teori/konsep/definisi yang sesuai sebagai sumber sekunder.
I.       Manfaat Penelitian
Berdasarkan metode penelitian di atas, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi mereka yang berminat memperdalam pengetahuan mengenai novel The Pearl karya John Steinbeck. Penelitian ini mungkin bermanfaat karena dilakukan melalui perspektif baru dengan menerapkan konsep marxisme hegelian yang tercakup di dalam bidang sosiologi sastra sehingga ditampilkan sesuatu yang baru dan tidak tertutup untuk penelitian selanjutnya.

J.       Sistimatika Penyajian
Berdasarkan manfaat penelitian di atas, sistematika penyajian penelitian ini disusun sebagai berikut :
BAB I – PENDAHULUAN, berisi : Latar Belakang Masalah, Tinjauan Pustaka, Identifikasi Masalah, Pembatasan Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Landasan Teori, Metode Penelitian, Manfaat Penelitian, Sistematika Penyajian.
BAB II – ANALISIS NOVEL THE PEARL MELALUI PENDEKATAN INTRINSIK, berisi : sekilas tentang teori sudut pandang (tercakup teknik penceritera “diaan”), analisis perwatakan, latar dan alur melalui sudut pandang dengan teknik “diaan”.
BAB III – CERMINAN KONSEP MARXISME HEGELIAN DALAM NOVEL THE PEARL KARYA JOHN STEINBECK, berisi : sekilas tentang sosiologi sastra, cerminan konsep marxisme hegelian.
BAB IV : PENUTUP, berisi kesimpulan yang menunjukkan bahwa tema novel ini adalah “Kritik John Steinbeck Terhadap Kehidupan Sosial di Amerika Pada Era 1940-an Cerminan Marxisme Hegelian”.








SKEMA PENELITIAN
JUDUL PENELITIAN:
KRITIK JOHN STEINBECK TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL DI AMERIKA PADA ERA 1940-AN CERMINAN MARXISME HEGELIAN DALAM NOVEL THE PEARL
Pendekatan Intrinsik                                                   Pendekatan Sosiologi Sastra
Sastra                                                              Sosiologi Marxisme
Konsep :
Sudut pandang
Teknik “Diaan”
Perwatakan, Latar, Alur
            Konsep :
     Marxisme hegelian
                                                           








 


                           
                
JUDUL PENELITIAN :
KRITIK JOHN STEINBECK TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL DI AMERIKA PADA ERA 1940-AN CERMINAN MARXISME HEGELIAN DALAM NOVEL THE PEARL



[1] http://www.nobelprize.org/nobel_prizes/literature/laureates/1962/steinbeck-bio.html

[2] https://core.ac.uk/display/11716325/tab/similar-list
[3]https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=4&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwjN1MS4y5DQAhVER
[4]https://www.researchgate.net/publication/42354880_A_Portrayal_Of_Functions_Of_Have_In_John_Steinbeck's_Novel_The_Pearl
[5] Minderop, Albertine. Metode Karakterisasi telaah fiksi, Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, halaman 96  
[6] Concise Compansion to Literature, James H. Pickering & Jeffrey D. Hoeper
[7] https://nti0402.wordpress.com/2010/10/31/tema-judul-dan-topik-dalam-bahasa-indonesia/
[8] http://www.kompasiana.com/abahfachrul/teorimarxisme_5519c8aca33311a61bb65954
[9] http://semogabermanfaat8.blogspot.co.id/2014/09/makalah-marxismepengertian-marxisme.html
[10] http://the-paculz.blogspot.co.id/2015/12/pengertian-marxisme.html
[11] http://pendidikansejaraha2012.blogspot.co.id/2014/03/marxisme.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar