KRITIK
JOHN STEINBECK TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL DI AMERIKA PADA ERA 1940-AN CERMINAN
MARXISME HEGELIAN DALAM NOVEL THE PEARL
Research Methods in Literature
Prof. Dr. Hj. Albertine Minderop, MA
Firda Prihatin
2014130036
UNIVERSITAS DARMA PERSADA
Jl. Raden Inten II (Terusan Casablanca), Pondok
Kelapa
Jakarta
Timur 13450 Telp. 8649051/8649052
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
John Steinbeck pertama kali dikenal
luas dengan karya Tortilla Flat (1935). Novel Steinbeck semua dapat
diklasifikasikan sebagai novel sosial yang berhubungan dengan masalah ekonomi
tenaga kerja pedesaan. Tahun 1939 ia menerbitkan karya yang dianggap sebagai karya
terbaik, The Grapes of Wrath, kisah petani sewaan dari Oklahoma yang tidak
dapat mencari nafkah, pindah ke California di mana mereka menjadi pekerja
migran. John Steinbeck adalah seorang pengarang kenamaan Amerika yang sebagian
besar karyanya terinspirasi dari kejadian-kejadian nyata. Karyanya yang danggap
sebagai modern parable terhadap kondisi Amerika pada saat itu adalah The Pearl. Dengan menggunakan latar
peristiwa tegangan konflik antara ras Indian dan kulit putih pada novel The Pearl, Steinbeck mencoba
mengungkapkan kepeduliannya terhadap masalah kesenjangan status sosial di
Amerika pada saat itu.[1]
Dalam penelitian ini saya
menggunakan novel The Pearl sebagai
objek penelitian. Novel ini bercerita tentang sebuah keluarga kaum nelayan
miskin yang anaknya terkena racun kalajengking. Ayahnya menemukan sebuah
mutiara yang besar dan berniat menjualnya untuk membiayai pengobatan sang anak,
namun terjadilah perebutan mutiara tersebut sehingga menyebabkan tragedi.
Masalah
dalam novel ini merupakan perebutan mutiara yang berujung tragedi. Kino
berusaha menyembuhkan anaknya yang terkena racun kalajengking. Ia hanyalah
seorang kaum nelayan miskin yang tinggal di desa terpencil yang tidak mempunyai
kuasa untuk melakukan apapun. Kino menemukan mutiara terbesar dan berniat
menjualnya untuk biaya pengobatan anaknya. Ia beranggapan bahwa mutiara itu
bisa mengubah hidupnya jadi lebih baik, namun yang terjadi justru perebutan
mutiara itu sehingga berujung tragedi. Untuk itu, saya tertarik meneliti novel
ini karena mengandung kritik John Steinbeck terhadap kesenjangan sosial di
Amerika pada saat itu.
B. Tinjauan
Pustaka
Karya-karya
John Steinbeck banyak yang mendunia.
Tidak heran, banyak orang yang menggunakan karyanya sebagai objek penelitian.
Peneliti terdahulu telah meneliti karya John Steinbeck berjudul The Pearl dengan menggunakan pendekatan
semiotika, linguistik, dan fungsi “Have” dalam novel tersebut. Sedangkan saya ingin
meneliti dengan tema yang lain dari peneliti terdahulu diatas. Seperti pandangan peneliti
lain yang menungkapkan :
Berdasarkan
analisis semiotika, disimpulkan bahwa mutiara memang merupakan penanda utama
novel, di mana seluruh rangkaian cerita yang bergulir, bersumber dari mutiara. Pemaknaan
mutiara sebagai penanda utama dapat diperjelas dalam analisis sintagmatik-paradigmatik
yang didasarkan atas sebuah oposisi biner penjajah dan terjajah. (Diponegoro
University Institutional Repository)[2]
Penelitian
ini menyoroti fitur-fitur linguistik yang digunakan oleh John Steinbeck dalam
novel pendeknya, The Pearl, dan bagaimana fitur-fitur tersebut menjadi
bentuk-bentuk foregrounding yang menarik perhatian pembaca. Di samping itu,
penelitian ini juga membahas keistimewaan Steinbeck sebagai seorang penulis
besar dari Amerika Serikat, yang dapat membuat bentuk-bentuk foregrounding ini
menjadi faktor-faktor yang dapat mendukung elemen-elemen sastra dalam novel
tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
dengan menggunakan teknik acuan atau referensial. Teori yang digunakan adalah
teori campuran (eklektik), yang bersumber dari para pakar linguistik bahasa
Inggris dan juga para pakar sastra Inggris. Penelitian ini menghasilkan
beberapa temuan, yaitu bahwa fitur-fitur linguistik yang menjadi bentuk
foregrounding dalam novel ini adalah bentuk-bentuk majas yang digunakan untuk
mendukung penokohan dan seting tempat, penggunaan proses material untuk
mendukung penokohan, penggunaan kata sambung ”and” untuk mendukung seting tempat
dan alur cerita. (Dr. Trisnowati Tanto, M.Hum. Universitas Kristen Maranatha
Bandung)[3]
Pembahasan
fungsi “Have” pada Novel John Steinbeck yang berjudul “The Pearl” bertujuan
untuk mengklasifikasi jenis-jenis fungsi penggunaan “Have” dalam pembentukan
kalimat pada novel tersebut seperti Full verb, Auxiliary verb, Causative verb,
Special usage yang mencakup Inversion, noun, idiom, etc. Kemudian memahami arti
dari kata “Have” yang memiliki lebih dari satu arti misalnya mempunyai atau
memiliki, jika, sudah, harus, meminta atau menyuruh, melahirkan, sakit atau
menderita, dan makan. Penulis mengoptimalkan penelusuran internet dan pencarian
data-data dari perpustakaan untuk mendapatkan informasi seputar pembahasan
tersebut. Perpaduan antara metode kualitatif dan kuantitatif yang digunakan
dalam penelitian ini memberikan penjelasan tentang fungsi “Have” semaksimal
mungkin dan disajikan dengan tabulasi data yang mendukung keabsahan dari
penelitian ini. Mayoritas jenis fungsi “Have” pada novel tersebut terdapat pada
jenis Auxiliary Verb yaitu sebanyak 180 kata dari 225 kata “Have” atau jika
dipersentasekan sejumlah ( 80 %). oleh karena itu, dengan pemaparan ini Penulis
berharap thesis ini dapat menambah pemahaman tentang Fungsi “Have” sehingga
akan lebih mudah untuk memahami isi dari karya sastra. (Drs. Chairul Husni, M.
Ed. TESOL. ; Dra. Roma Ayuni Lubis, M. A)[4]
C. Identifikasi
Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah dan tinjauan pustaka di atas, saya mengidentifikasikan masalah
dalam karya sastra ini adalah bahwa masyarakat Amerika mempunyai pandangan yang
berbeda tentang kehidupan dan status sosial, perbedaan status sosial menjadi
mencolok dan menarik perhatian oleh berbagai pihak. Saya berasumsi bahwa
terdapat kritik John Steinbeck terutama terhadap kehidupan sosial di Amerika
pada era 1940-an merujuk pada karya novelnya yakni The Pearl yang menjurus kearah kesenjangan perbedaan status sosial
yang mencerminkan konsep marxisme hegelian.
D. Pembatasan
Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas,
saya membatasi penelitian pada
telaah perwatakan dan sudut pandang dalam
penelitian yang mencakup pendekatan intrinsik dan ekstrinsik. Teori
dan konsep yang digunakan adalah - melalui pendekatan intrinsik - sudut
pandang, perwatakan, alur, dan tema. Melalui pendekatan ekstrinsik yaitu
sosiologi sastra – saya menggunakan konsep sosiologi sastra marxisme hegelian.
E. Perumusan
Masalah
Berdasarkan pembatasan
masalah di atas, saya merumuskan masalah : apakah benar asumsi saya bahwa tema
novel ini adalah cerminan konsep marxisme? Untuk menjawab pertanyaan ini saya
merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apakah sudut pandang dapat digunakan
untuk menganalisis perwatakan dan alur cerita?
2. Apakah telaah perwatakan dan alur
dapat memperlihatkan adanya konsep sosiologi sastra marxisme hegelian?
3. Apakah telaah tema dapat dibangun melalui
hasil analisis : sudut pandang, perwatakan dan alur serta mencerminkan konsep
marxisme hegelian?
F. Tujuan
Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah
menunjukkan bahwa terdapat kritik John Steinbeck terhadap kehidupan sosial di
Amerika pada era 1940-an dalam novel The
Pearl yang menjurus kearah perbedaan status sosial dan marxisme hegelian.
Untuk mencapai tujuan ini, saya melakukan beberapa tahapan penelitian sebagai
berikut.
1. Melalui sudut pandang menganalisis
perwatakan dan alur.
2. Menelaah perwatakan dan alur untuk
memperlihatkan adanya konsep marxisme hegelian.
3. Menelaah tema melalui hasil analisis
: sudut pandang, perwatakan dan alur yang mencerminkan konsep marxisme hegelian.
G. Landasan
Teori
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, saya menggunakan teori dan konsep yang
tercakup dalam pendekatan intrinsik dan sosiologi sastra. Teori sastra yang
digunakan adalah : sudut pandang dengan teknik penceritaan “diaan”, perwatakan,
alur dan tema. Melalui pendekatan sosiologi diawali dengan apa yang dimaksud dengan
sosiologi sastra dan hubungan sosiologi sastra dengan sosiologi.
1. Melalui
Pendekatan Intrinsik digunakan konsep-konsep :
a. Sudut
Pandang – Teknik “Diaan”
Sudut pandang
persona ketiga “Dia” digunakan dalam pengisahan ceritera dengan gaya “dia”.
Narator atau pencerita adalah seseorang yang menampilkan tokoh-tokoh ceritera
dengan menyebut nama, misalnya John, Mary dan sebagainya atau menggunakan kata
ganti seperti : ia, dia, mereka.
Nama-nama tokoh ceritera, khususnya yang utama kerap atau terus-menerus disebut
dan sebagai variasi, pengarang menggunakan kata ganti.[5]
b. Alur
Cerita
Dalam
meneliti novel ini, peneliti juga menggunakan alur cerita. Alur adalah pergerakan
cerita dari waktu ke waktu, atau rangkaian peristiwa demi peristiwa dari awal
sampai akhir cerita. Alur memiliki 5 jenis yaitu, Exposition, Complication /
Raising Action, Crisis, Falling Action, dan Resolution.[6]
c. Tema
2. Melalui pendekatan ekstrinsik sosiologi sastra digunakan konsep-konsep
:
Marxisme
Marxisme adalah sebuah paham yang mengikuti
pandangan-pandangan dari Karl Marx. Marx menyusun sebuah teori besar yang
berkaitan dengan sistem ekonomi, sistem sosial dan sistem politik. Marxisme
merupakan bentuk protes Marx terhadap paham kapitalisme. Ia menganggap bahwa
kaum kapital mengumpulkan uang dengan mengorbankan kaum proletar. Kondisi kaum
proletar sangat menyedihkan karena dipaksa bekerja berjam-jam dengan upah
minimum sementara hasil keringat mereka dinikmati oleh kaum kapitalis. Untuk
mensejahterakan kaum proletar, Marx berpendapat bahwa paham kapitalisme diganti
dengan paham komunisme. Bila kondisi ini terus dibiarkan, menurut Marx kaum
proletar akan memberontak dan menuntut keadilan.[8]
Marxisme
adalah sebuah paham yang mengikuti pandangan-pandangan dari Karl Marx pada abad ke-18. Marx menyusun sebuah
teori besar yang berkaitan dengan sistem ekonomi, sistem sosial, dan sistem
politik . Pengikut teori ini disebut sebagai Marxis. Marxisme mencakup
materialisme dialektis dan materialisme historis serta penerapannya pada
kehidupan sosial.[9]
Marxisme
Hegelian
Dengan menulis
setelah revolusi Rusia, Lukacs Gramsci menyimbulkan bahwa perwujudan “hakikat”
revolusi Marxisme memerlukan ditinggalkannya determinisme fatalistik yang telah
mendorong kaum Marxis untuk melihat sosialisme sebagai anugerah dari langit,
atau lebih tepatnya “sejarah” yang tidak tergantung kepada pilihan bebas
manusia. kritik terhadap Marxisme pasif ini melibatkan pengungkapan kembali
idealisme Hegelian dengan penekaan kepada kesadaran atau subjektifitas. Bagi
mereka, sumbangan besar filsafat Marx terletak pada perpaduan sempurna antara
kreativitas manusia dan materialistas sosioekonomi. Gramsci dan Lukacs, dalam
mempertahankan penekanan pada kreativitas manusia, melihat Marxisme sebagai
filsafat humanistik yang bertujuan menciptakan pencerahan budaya di mana
kebebasan dan pengembangan diri menjadi hak asasi semua manusia. Dua pendukung
Marxisme Hegelian tersebut sebenarnya berbeda dalam beberapa persoalan penting.
Meskipun menolak determinisme mekanis, Lukacs tidak melihat masa depan sebagai
sesuatu yang terbuka pada pelbagai kemungkinan kejadian.
Perbedaan lain antara
antara Gramsci dan Lukacs berkenaan dengan pandangan mereka terhadap masyarakat
masa depan. Sebagaimana kaum Marxis ortodoks, Gramsci adalah seorang
produktivitas yang ingin menata faktor-faktor produksi sejalan dengan prinsip
optimalitas, yakni rasionalisasi dan mekanisasi proses produksi.[10]
Marxisme
Hegelian
Dengan
menulis setelah revolusi Rusia, Lukacs Gramsci menyimbulkan bahwa perwujudan
“hakikat” revolusi Marxisme memerlukan ditinggalkannya determinisme fatalistik
yang telah mendorong kaum Marxis untuk melihat sosialisme sebagai anugerah dari
langit, atau lebih tepatnya “sejarah” yang tidak tergantung kepada pilihan
bebas manusia. kritik terhadap Marxisme pasif ini melibatkan pengungkapan
kembali idealisme Hegelian dengan penekaan kepada kesadaran atau subjektifitas.
Bagi mereka, sumbangan besar filsafat Marx terletak pada perpaduan sempurna
antara kreativitas manusia dan materialistas sosioekonomi.[11]
H. Metode
Penelitian
Berdasarkan landasan teori di atas, saya menggunakan metode penelitian
dengan ragam kualitatif, jenis penelitian kepustakaan, sifat penelitian
interpretative/analisis dengan metode pengumpulan data berupa teks karya sastra
dari novel berjudul The Pearl karya John Steinbeck sebagai
sumber primer dan didukung oleh beberapa literature yang terkait dengan
teori/konsep/definisi yang sesuai sebagai sumber sekunder.
I. Manfaat
Penelitian
Berdasarkan metode penelitian di atas, penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat bagi mereka yang berminat memperdalam pengetahuan mengenai novel The Pearl karya John Steinbeck.
Penelitian ini mungkin bermanfaat karena dilakukan melalui perspektif baru
dengan menerapkan konsep marxisme hegelian yang tercakup di dalam bidang
sosiologi sastra sehingga ditampilkan sesuatu yang baru dan tidak tertutup
untuk penelitian selanjutnya.
J. Sistimatika
Penyajian
Berdasarkan manfaat penelitian di atas, sistematika penyajian penelitian
ini disusun sebagai berikut :
BAB I – PENDAHULUAN, berisi : Latar Belakang Masalah, Tinjauan Pustaka,
Identifikasi Masalah, Pembatasan Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian,
Landasan Teori, Metode Penelitian, Manfaat Penelitian, Sistematika Penyajian.
BAB II – ANALISIS NOVEL THE PEARL MELALUI PENDEKATAN INTRINSIK, berisi :
sekilas tentang teori sudut pandang (tercakup teknik penceritera “diaan”),
analisis perwatakan, latar dan alur melalui sudut pandang dengan teknik
“diaan”.
BAB III – CERMINAN KONSEP MARXISME HEGELIAN DALAM NOVEL THE PEARL KARYA JOHN STEINBECK, berisi :
sekilas tentang sosiologi sastra, cerminan konsep marxisme hegelian.
BAB IV : PENUTUP, berisi kesimpulan yang menunjukkan bahwa tema novel ini
adalah “Kritik John Steinbeck Terhadap Kehidupan Sosial di Amerika Pada Era
1940-an Cerminan Marxisme Hegelian”.
SKEMA PENELITIAN
|
JUDUL PENELITIAN:
KRITIK JOHN STEINBECK TERHADAP
KEHIDUPAN SOSIAL DI AMERIKA PADA ERA 1940-AN CERMINAN MARXISME HEGELIAN DALAM
NOVEL THE PEARL
|
|
Konsep :
Sudut pandang
Teknik “Diaan”
Perwatakan, Latar, Alur
|
|
Konsep :
Marxisme hegelian
|
|
JUDUL PENELITIAN :
KRITIK JOHN STEINBECK TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL DI AMERIKA PADA ERA
1940-AN CERMINAN MARXISME HEGELIAN DALAM NOVEL THE PEARL
|
[1]
http://www.nobelprize.org/nobel_prizes/literature/laureates/1962/steinbeck-bio.html
[2]
https://core.ac.uk/display/11716325/tab/similar-list
[3]https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=4&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwjN1MS4y5DQAhVER
[4]https://www.researchgate.net/publication/42354880_A_Portrayal_Of_Functions_Of_Have_In_John_Steinbeck's_Novel_The_Pearl
[5] Minderop, Albertine. Metode Karakterisasi telaah
fiksi, Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, halaman 96
[6] Concise
Compansion to Literature, James H. Pickering & Jeffrey D. Hoeper
[7] https://nti0402.wordpress.com/2010/10/31/tema-judul-dan-topik-dalam-bahasa-indonesia/
[8] http://www.kompasiana.com/abahfachrul/teorimarxisme_5519c8aca33311a61bb65954
[9] http://semogabermanfaat8.blogspot.co.id/2014/09/makalah-marxismepengertian-marxisme.html
[10] http://the-paculz.blogspot.co.id/2015/12/pengertian-marxisme.html
[11] http://pendidikansejaraha2012.blogspot.co.id/2014/03/marxisme.html

Tidak ada komentar:
Posting Komentar