Selasa, 08 November 2016



Obsesi Cinta Berujung Patah Hati
 dalam First Love
Karya Rejo John








Psychology of Literature
Prof. Dr. Hj. Albertine Minderop, MA

Firda Prihatin
2014130036


UNIVERSITAS DARMA PERSADA
Jl. Raden Inten II (Terusan Casablanca), Pondok Kelapa
   Jakarta Timur 13450 Telp. 8649051/8649052




Daftar Isi
            Cover
            Daftar Isi
A.    Bab I
1.      Pendahuluan
A.    Ringkasan Cerita
B.     Permasalahan
C.     Asumsi
D.    Konsep
1.      Perwatakan
1.1  Sudut Pandang
1.2  Karakter
2.      Psikologi Sastra
2.1  Konsep Obsesi
2.2  Konsep Cinta
2.3  Konsep patah hati
B.     Bab II
2.  Obsesi cinta berujung patah hati
      A. Telaah Perwatakan
                                    1. Tokoh “Aku”
                                    2. Tokoh Guru
B. Telaah Perwatakan Melalui Pendekatan Psikologi
1. Perwatakan Tokoh Aku yang menggambarkan Obsesi
                      2. Perwatakan Tokoh Aku yang menggambarkan Cinta
                      3. Perwatakan Tokoh Aku yang menggambarkan Patah hati
C.     Bab III
  Kesimpulan
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Ringkasan cerita
Tokoh “Aku” dalam cerpen First Love adalah seseorang yang mempunyai cinta pertama, dan cinta pertamanya itu ia rasakan sejak ia masih dibawah umur kepada gurunya sendiri. Saat ia melihat gurunya, ia menyukainya karena gurunya sangat cantik. Ia menulis surat cinta untuk gurunya disaat kuis berlangsung, dan gurunya mengetahui namun hanya menganggapnya sebagai hal yang wajar dilakukan oleh anak kecil, dia menganggap itu hal yang lucu. Ia menunggu jawaban dari gurunya, dan memperhatikan apakah gurunya itu mencintainya juga atau tidak. Namun gurunya tidak menunjukkan tanda – tanda apapun sampai ia lulus sekolah. Cinta pertama yang ia rasakan itu berlangsung lama, walaupun ia sempat melupakan perasaannya kepada wanita itu. Sampai pada akhirnya ia bertemu lagi disuatu supermarket dengan gurunya, sang cinta pertamanya itu. Saat itu, ia sudah dewasa dan gurunya juga sudah mempunyai suami, dan anak. Ia menyapa gurunya, tapi gurunya itu tidak mengenalinya. Hatinya terasa hancur ketika mengetahui sang guru telah menikah dengan pria lain dan memiliki seorang anak perempuan.

B.     Permasalahan
Tokoh aku memiliki ketertarikan kepada lawan jenis saat ia masih dibawah umur. Ia menyukai wanita yang jauh lebih tua darinya yaitu gurunya sendiri. Ia bahkan mengungkapkan perasaannya dan ingin menikah dengan gurunya itu. Rasa itu terus hadir didalam lubuk hatinya sehingga ia terobsesi untuk memiliki wanita itu. Meskipun ia sempat melupakan perasaannya kepada gurunya, namun rasa itu kembali hadir dan membekas dalam ingatannya. Ketika tokoh aku telah dewasa dan bertemu lagi dengan gurunya, saat itu diketahuilah bahwa gurunya telah menikah dan mempunyai anak. Dan saat itu pula hatinya hancur mengetahui itu semua.

C.     Asumsi
Asumsi dalam penelitian ini adalah obsesi cinta berujung patah hati.



D.    Konsep
1.       Perwatakan

1.1  Sudut pandang
Sudut pandang persona pertama “aku” terdiri atas : “aku” tokoh utama atau “First – person participant” yaitu pencerita yang ikut berperan sebagai tokoh utama, melaporkan ceritera dari sudut pandang “aku” atau “I” dan menjadi fokus atau pusat ceritera dan “aku” tokoh tambahan “first – person observant”, yaitu pencerita yang tidak ikut berperan dalam ceritera, hadir sebagai tokoh tambahan yang aktif sebagai pendengar atau penonton dan hanya untuk melaporkan ceritera kepada pembaca dari sudut pandang “saya” atau “I”.   (Minderop, 2005:105).
Cerpen ini menggunakan sudut pandang persona pertama.
1.2  Karakter
Karakterisasi melalui tindakan para tokoh. Selain melalui tuturan, watak tokoh dapat diamati melalui tingkah-laku. Tokoh dan tingkah laku bagaikan dua sisi pada uang logam. Menurut Henry James, sebagaimana dikutip oleh Pickering dan Hoeper, menyatakan bahwa perbuatan dan tingkah laku secara logis merupakan pengembangan psikologi dan kepribadian; memperlihatkan bagaimana watak tokoh ditampilkan dalam ekspresi wajah pun dapat memperlihatkan watak seorang tokoh. Selain itu, terdapat motivasi yang melatarbelakangi perbuatan dan dapat memperjelas gambaran watak para tokoh. Apabila pembaca mampu menelusuri motivasi ini maka tidak sulit untuk menentukan watak tokoh. (Minderop, 2005:38).

2.      Psikologi Sastra
Psikologi sastra adalah interdisiplin antara psikologi dan sastra. Mempelajari psikologi sastra sebenarnya sama halnya dengan mempelajari manusia dari sisi dalam. Mungkin aspek ‘dalam’ ini yang acap kali bersifat subjektif, yang membuat para pemerhati sastra menganggapnya berat. Sesungguhnya belajar psikologi sastra amat indah, karena kita dapat memahami sisi kedalaman jiwa manusia, jelas amat luas dan amat dalam. Makna interpretatif terbuka lebar. Daya tarik psikologi sastra ialah pada masalah manusia yang melukiskan potret jiwa. Tidak hanya jiwa sendiri yang muncul dalam sastra, tetapi juga bisa mewakili jiwa orang lain. Setiap pengarang kerap menambahkan pengalaman sendiri dalam karyanya dan pengalaman pengarang itu sering pula dialami oleh orang lain. (Minderop, 2005:59).
2.1 Obsesi
       Obsesi adalah pemikiran, dorongan, atau gambaran berulang dan terus-menerus yang terasa mengganggu, menekan dan diakui sebagai sesuatu yang berlebihan dan tidak masuk akal, meskipun ia merupakan produk dari pikiran yang bersangkutan. Pikiran, dorongan, atau gambaran ini tidak dapat dihapuskan oleh logika atau penalaran.
     2.2 Cinta
Psikolog merasa perlu mendefinisikan cinta dengan cara memahami mengapa timbul cinta dan apakah terdapat bentuk cinta yang berbeda. Gairah cinta dari cinta romantis tergantung pada si individu dan objek cinta – adanya nafsu dan keinginan untuk bersama – sama. Gairah seksual yang kuat kerap timbul dari perasaan cinta. Menurut kajian cinta romantis, cinta dan suka pada dasarnya sama. Mengenai cinta seorang anak kepada ibunya didasari kebutuhan perlindungan; demikian pula cinta ibu kepada anak adanya keinginan melindungi. (Minderop, 2005:45).
2.3 Patah Hati
                  Patah hati menyebabkan seseorang cenderung memilih untuk menarik diri dari keramaian. Seseorang yang baru saja patah hati lebih senang menyendiri dan merenung berlama-lama. Hal tersebut lah yang kemudian menimbulkan suatu kecemasan berlebihan yang bernama sindroma patah hati (‘Brokenheart Syndrome'). Menurut seorang Psikolog Universitas Michigan, Ethan Kross, yang juga merupakan penulis utama penelitian yang dilaporkan dalam ‘Proceedings of the National Academy of Sciences' bahwa orang-orang yang perasaannya hancur akibat kisah percintaannya juga dapat merasakan sakit fisik yang sebenarnya. Kross juga merupakan asisten profesor di Departemen psikologi, ia bekerja sama dengan rekan-rekannya dan peneliti di Columbia University dan University of Colorado-Boulder mengumpulkan 40 orang yang pernah mengalami perpisahan (putus cinta) selama 6 bulan terakhir. Semua mengatakan putus cinta mengarahkan perasaan penolakan dan rasa sakit. (http://www.kompasiana.com/ella_zulaeha/bahayanya-brokenheart-syndrome_550177b5a333117f735133cf)
BAB II
OBSESI CINTA BERUJUNG PATAH HATI
Bahwa didalam bab ini saya akan menelaah perwatakan melalui metode karakterisasi telaah fiksi dengan pendekatan psikologi sastra. Melalui sudut pandang persona pertama, saya mentelaah perwatakan tokoh pada cerita First Love karya Rejo John.
A.    Telaah Perwatakan
Perwatakan adalah kualitas nalar dan perasaan para tokoh di dalam suatu karya fiksi yang dapat mencakup tidak saja tingkah laku atau tabiat dan kebiasaan,tetapi juga penampilan. Untuk menganalisis perwatakan, sudut pandang dengan berbagai teknik pencerita dapat digunakan oleh pengarang dengan menampilkan pencerita atau narrator. (Minderop, 2005:95).
Saya ingin menjelaskan watak dari beberapa karakter yang terdapat pada cerita ini yaitu tokoh Aku dan Guru. Pada cerita First Love perwatakan yang saya dapat dari tokoh Aku antara lain:
1. Tokoh Aku
·         Pemerhati
            Tokoh Aku dalam cerita ini merupakan seseorang yang sangat menginginkan gurunya dan sangat menaruh perhatian kepada gurunya. Setelah ia mengirimkan surat cinta kepada gurunya, ia menunggu balasan cinta dari gurunya itu. Setiap hari ia menanti sebuah jawaban dan memperhatikan apakah ada tanda – tanda cinta dari gurunya, tapi ternyata gurunya hanya memperlakukannya seperti murid lain. Ia tetap menunggu dan tetap menginginkan untuk memiliki gurunya. Dibawah ini merupakan kutipan yang menggambarkan sifat pemerhati dari tokoh aku dalam upaya memiliki gurunya :
“It was on my way back to class that I remembered that she hadn't answered my question in the letter as to whether she would like to marry me or not.  I decided it better to ask her some other time. Everyday I would sit expectantly waiting for her to show me some sign that she loved me too.  But there was none.  She treated me just the way she treated every one of her other students.”
(First Love paragraf 11)
·         Romantis
            Dalam cerita ini, tokoh aku juga merupakan seseorang yang romantis dan mencintai gurunya. Ia mengungkapkan perasaannya dengan cara yang romantis yaitu menuliskan surat cinta untuk gurunya. Ia menuliskan surat cinta untuk gurunya dilembar jawaban untuk soal ujian. Berikut ini merupakan kutipan yang menggambarkan keromantisan tokoh aku kepada gurunya :
                        “I decided to write her a letter proclaiming my love to her.
            “Ma'am, you are very beautiful and I really love you.  I know I am a            bit younger than you, but I will really take care of you.  We have a       really huge house in my native place.  We can get married and go live     there happily.  Its very beautiful there and I am sure you will love     it.  We will be very happy there.””
(First Love paragraf 7)
2. Tokoh Guru
·         Belas kasih
            Tokoh guru merupakan seseorang yang memiliki sifat penyayang atau belas kasih. Dia tidak menghukum tokoh Aku yang menulis surat cinta untuknya dilembar jawaban ujian. Setelah membaca surat cinta dari tokoh Aku yang ditulis pada lembar jawaban, dia malah tertawa dan tidak memberikan hukuman apapun kepada tokoh Aku. Justru ia malah membiarkan tokoh Aku kembali ke kelas. Dibawah ini merupakan kutipan yang menggambarkan belas kasih tokoh guru :
“She continued laughing for sometime and finally said, "Actually I am a bit relieved.  I thought all you guys hated me.  Glad to know at least one of my pupils love me." "Please don't tell my parents," is all I said standing there like a little scared boy.
She gave me back the letter, which I folded and hid in my pocket, and we went back to class.”
(First Love paragraf 10)
·         Lupa
            Tokoh guru juga memiliki watak pelupa. Bahkan ia lupa kepada tokoh Aku ketika mereka bertemu disebuah supermarket pada saat tokoh Aku sudah dewasa. Ketika mereka bertemu disebuah supermarket, tokoh Aku menegur gurunya. Namun gurunya justru kelihatan bingung dan tidak mengenali tokoh Aku yang merupakan muridnya sendiri. Berikut ini merupakan kutipan yang menggambarkan lupa dari tokoh guru dalam mengenali tokoh Aku :
“She looked at me confused and a bit scared.  I was disappointed she didn’t recognize me.  I quickly went on to say that I was a student in her class.  She forced out a smile, but I could make out that she still didn’t recognize me.  She asked me what I was doing then.  I told her that I was pursuing my graduation.”
(First Love paragraf 14)

B.     Telaah Perwatakan Melalui Pendekatan Psikologi
Berikut ini saya ingin menunjukkan telaah psikologi sastra sesuai dengan asumsi saya. Asumsi saya adalah dalam kisah First Love ini mengandung tiga unsur psikologi sastra, yaitu obsesi, cinta, dan patah hati. Tiga unsur tersebut yang menjadi permasalahan utama dalam kisah ini dan faktor – faktor dasar Tokoh Aku mengalami kekecewaan kepada gurunya. Dengan demikian, saya akan menelaah psikologi sastra dengan mengacu pada telaah perwatakan tokoh utama, yaitu Tokoh Aku. Sebelumnya, saya akan menjelaskan terlebih dahulu apa itu obsesi, cinta, dan patah hati.
Obsesi adalah pemikiran, dorongan, atau gambaran berulang dan terus-menerus yang terasa mengganggu, menekan dan diakui sebagai sesuatu yang berlebihan dan tidak masuk akal, meskipun ia merupakan produk dari pikiran yang bersangkutan. Pikiran, dorongan, atau gambaran ini tidak dapat dihapuskan oleh logika atau penalaran.
Psikolog merasa perlu mendefinisikan cinta dengan cara memahami mengapa timbul cinta dan apakah terdapat bentuk cinta yang berbeda. Gairah cinta dari cinta romantis tergantung pada si individu dan objek cinta – adanya nafsu dan keinginan untuk bersama – sama. Gairah seksual yang kuat kerap timbul dari perasaan cinta. Menurut kajian cinta romantis, cinta dan suka pada dasarnya sama. Mengenai cinta seorang anak kepada ibunya didasari kebutuhan perlindungan; demikian pula cinta ibu kepada anak adanya keinginan melindungi. (Minderop, 2005:45).
Patah hati menyebabkan seseorang cenderung memilih untuk menarik diri dari keramaian. Seseorang yang baru saja patah hati lebih senang menyendiri dan merenung berlama-lama. Hal tersebut lah yang kemudian menimbulkan suatu kecemasan berlebihan yang bernama sindroma patah hati (‘Brokenheart Syndrome'). Menurut seorang Psikolog Universitas Michigan, Ethan Kross, yang juga merupakan penulis utama penelitian yang dilaporkan dalam ‘Proceedings of the National Academy of Sciences' bahwa orang-orang yang perasaannya hancur akibat kisah percintaannya juga dapat merasakan sakit fisik yang sebenarnya. Kross juga merupakan asisten profesor di Departemen psikologi, ia bekerja sama dengan rekan-rekannya dan peneliti di Columbia University dan University of Colorado-Boulder mengumpulkan 40 orang yang pernah mengalami perpisahan (putus cinta) selama 6 bulan terakhir. Semua mengatakan putus cinta mengarahkan perasaan penolakan dan rasa sakit.

1.      Perwatakan Tokoh Aku yang menggambarkan Obsesi
Seperti yang saya jelaskan sebelumnya bahwa obsesi adalah pemikiran, dorongan, atau gambaran berulang dan terus-menerus yang terasa mengganggu. Dalam cerita ini, Tokoh Aku mengalami obsesi pemikiran, dorongan, atau gambaran berulang dan terus-menerus yang terasa mengganggu terhadap gurunya. Menyoroti dari telaah perwatakan, tokoh aku mengalami obsesi terhadap gurunya, ia memiliki rasa yang sangat besar untuk memiliki gurunya itu. Dibawah ini merupakan kutipan yang menggambarkan obsesi tokoh aku dalam memiliki gurunya :

            “It was on my way back to class that I remembered that she hadn't   answered my question in the letter as to whether she would like to         marry me or not.  I decided it better to ask her some other time.”    
(First Love paragraf 11)

Selain itu, ia juga tetap menunggu jawaban cinta dari gurunya itu setiap hari. Namun gurunya itu tidak memberikan tanda – tanda cinta apapun. Tidak ada balasan cinta yang ia dapatkan dari gurunya, melainkan ia hanya diperlakukan seperti murid – muridnya yang lain.

“Everyday I     would sit expectantly waiting for her to show me some          sign that she loved me too.  But there was none.  She treated me just       the way she treated every one of her other students.”
(First Love paragraf 12)

Bahkan setelah ia lulus dari sekolah itu, ia tetap mempunyai perasaan ingin memiliki gurunya itu. Perlahan ia mulai melupakan gurunya itu meskipun sulit. Namun sekarang ia tetap memiliki perasaan itu lagi dan mengingat lagi gurunya itu.

“I continued to secretly love her throughout my school life, and then the time came to finish school and move on.  It was a very difficult time for me, but as years passed on, I slowly forgot about her.  But still, every now and then, I would remember her, but it never hurts as much as it had back then.”
(First Love paragraf 13)

Konsep obsesi yang dijelaskan diatas berkaitan dengan watak tokoh Aku yang mengakibatkan timbulnya psikologi obsesi. Tokoh Aku terobsesi untuk memiliki gurunya, ia menunggu jawaban dari surat cintanya dan menunggu tanda – tanda apakah gurunya membalas cintanya atau tidak. Setelah ia mengirimkan surat cinta kepada gurunya, ia menunggu balasan cinta dari gurunya itu. Setiap hari ia menanti sebuah jawaban dan tanda – tanda cinta dari gurunya, tapi gurunya hanya memperlakukannya seperti murid lain. Ia tetap menunggu dan tetap terobsesi untuk memiliki gurunya dan rasa ingin memiliki itu tetap ada hingga ia dewasa.

2.      Perwatakan Tokoh Aku yang menggambarkan Cinta
          Menyoroti dari telaah perwatakan, Tokoh Aku mengalami cinta pertama yaitu terhadap gurunya sendiri. Tokoh Aku mengalami cinta pertama yaitu kepada gurunya sendiri yang menurutnya adalah wanita yang paling cantik dimatanya pada saat itu, ia mencintainya meskipun usianya jauh lebih tua darinya. Cinta pertama yang ia rasakan yaitu saat dia berada dibangku kelas 2 SMP. Berikut ini merupakan kutipan yang menggambarkan kecintaan tokoh aku kepada gurunya :
“Then, as usual on time, she walked into the class.  I sat up and put on a radiant smile hoping to catch her attention.  But, as usual, I didn't.  She walked to the front of the class and declared,
"Alright, settle down guys!"
Ya, I guess you figured it out.  My first love was my 8th grade teacher.
Dressed in an yellow churidhaar and a red bindi on her forehead, she looked beautiful as ever!”
(First Love paragraf 4)



Tokoh Aku mengalami cinta pertama yaitu kepada gurunya sendiri, ia mencintainya meskipun usianya jauh lebih tua darinya. Cinta pertama yang ia rasakan yaitu saat dia berada dibangku kelas 2 SMP. Saat itu gurunya mengenakan pakaian berwarna kuning, dan bindi merah dikepalanya yang membuatnya terlihat sebagai wanita yang paling cantik dimata Tokoh Aku pada saat itu.
          Selain itu, ia juga sangat senang saat – saat harinya disekolah bisa melihat wajah gurunya yang sangat cantik, dan memperhatikannya selama satu jam.

“This was the most favorite part of my school days.  The highlight of my day.  To sit there and look at her for an hour.
After writing the questions, she sat down in front the board and started reading some book.
To tell you the truth, I had no idea what the answers were, so I just sat there doodling on my page in-between the times I spent gazing at her beautiful face.”
(First Love paragraf 5)


Dalam cerita ini, tokoh aku juga merupakan seseorang yang penyayang dan mencintai gurunya. Ia mengungkapkan perasaannya dengan menuliskan surat cinta untuk gurunya. Berikut ini merupakan kutipan yang menggambarkan kecintaan tokoh aku kepada gurunya :

“I decided to write her a letter proclaiming my love to her. “Ma'am, you are very beautiful and I really love you.  I know I am a bit younger than you, but I will really take care of you.  We have a really huge house in my native place.  We can get married and go live there happily.  Its very beautiful there and I am sure you will love it.  We will be very happy there.””
(First Love paragraf 7)


Tokoh Aku menginginkan pernikahan dengan gurunya. Dalam surat cinta itu, ia berkata bahwa gurunya sangat cantik dan ia sangat mencintainya. Walaupun usianya jauh lebih muda dari gurunya, ia akan menjaganya. Tokoh Aku juga ingin hidup bersama dengan gurunya dan memiliki kehidupan bersama yang bahagia. Konsep cinta yang dijelaskan diatas berkaitan dengan watak Tokoh Aku yang mengakibatkan timbulnya psikologi cinta.
3.      Perwatakan Tokoh Aku yang menggambarkan Patah hati
Menyoroti dari telaah perwatakan, tokoh aku mengalami patah hati terhadap gurunya. Tokoh Aku merasa patah hati setelah sekian lama menunggu namun cintanya kepada gurunya tetap tak terbalaskan. Dibawah ini merupakan kutipan yang menggambarkan patah hati tokoh Aku kepada gurunya :


“She looked at me confused and a bit scared.  I was disappointed she didn't recognize me.  I quickly went on to say that I was a student in her class.  She forced out a smile, but I could make out that she still didn't recognize me.  She asked me what I was doing then.  I told her that I was pursuing my graduation.
"That's good." she said forcing out another smile.
Before I could say anything else, just like in that fucking ad you see on the TV, this little girl came running to her screaming, "Mummmiieee!"
She picked up this little girl, and the little girl starts saying,
"Mummy, please buy me this toy! I want it!"
"You already have lots of toys at home! No more toys!" said a man walking towards to us.”

(First Love paragraf 14)

Tokoh Aku merasa patah hati saat bertemu gurunya disebuah supermarket. Namun gurunya itu tidak mengenalinya, malah merasa takut dengannya. Setelah itu, ada anak kecil perempuan yang menghampiri gurunya dan memanggilnya mama. Ada juga seorang lelaki yang menghampiri mereka, dan ternyata itu adalah suami dari gurunya itu. Menyadari hal tersebut, tokoh aku merasa hatinya hancur saat itu juga.


          Selain itu, ia merasa sangat patah hati menyadari gurunya sudah berkeluarga dan menikah dengan pria lain, bukan dengannya.
“You are probably gonna laugh at this, but I felt my heart break into a thousand pieces at that point.  I stood there trying to smile and hoping they didn't notice that I was actually starting to tear up a bit.”
(First Love paragraf 15)
Setelah itu, ia tidak pernah bertemu dengan gurunya lagi. Itulah saat terakhir ia bertemu dengan gurunya, cinta pertamanya yang malah membuatnya patah hati. Ternyata selama ini ia baru menyadari bahwa dirinya hanyalah seorang murid biasa dimata gurunya.

“And that was the last time I ever saw her.
Oh great! Now Akash is crying out loud.
"To the world you may be one person, but to ur teacher you will always be just one of her students!"  I shouted.”
(First Love paragraf 16)

Tokoh Aku yang masih mencintai gurunya hingga dewasa, merasa patah hati ketika bertemu dengan wanita itu disebuah supermarket. Ia melihat gurunya sudah bersuami dan memiliki seorang putri, dan saat itulah ia merasa hatinya hancur. Konsep patah hati yang dijelaskan diatas berkaitan dengan watak tokoh Aku yang mengakibatkan timbulnya psikologi patah hati.
          Dalam cerita First Love karya Rejo John, dapat dilihat bahwa tokoh Aku merupakan seseorang yang mempunyai cinta pertama yang ia rasakan kepada gurunya sendiri. Obsesi, cinta dan patah hati ini adalah unsur – unsur yang mengidap didalam diri Tokoh Aku. Ketiganya sangat membawa dampak pada kehidupan Tokoh Aku. Ia merasakan patah hati setelah memendam perasaannya cukup lama, karena wanita yang ia cintai ternyata menikah dengan pria lain. Hal ini berkaitan dengan obsesinya yang begitu besar untuk memiliki gurunya, namun tidak tercapai dan menyebabkannya merasa patah hati. Dengan demikian, obsesi, cinta, dan patah hati adalah tiga unsur psikologi sastra dan saya telah menelaah psikologi sastra dalam cerita ini dengan mengacu pada telaah perwatakan karakter utama yaitu Tokoh Aku.
BAB III
KESIMPULAN
          Berdasarkan apa yang telah saya amati didukung dari berbagai macam sumber dalam melakukan penelitian ini, saya berpikir bahwa tokoh Aku mempunyai rasa cinta yang ia miliki sejak ia kecil dan rasa itu tertuju untuk gurunya, meskipun perberbedaan usia mereka yang cukup jauh yang telah dirangkai oleh pengarang. Dia mempunyai obsesi yang sangat besar untuk memiliki gurunya.
          Hal itu justru menyebabkannya tidak bisa menghilangkan perasaannya kepada gurunya itu dan perasaannya itu tetap ada hingga ia dewasa. Sampai terjadilah suatu pertemuan dia dengan gurunya, serta keluarga kecil gurunya itu yang membuatnya patah hati. Perasaan obsesi dalam mencintai gurunya yang tetap ada hingga dewasa, mungkin malah membuatnya patah hati ketika mengetahui kenyataan bahwa ia tidak bisa memiliki gurunya walaupun setelah penantiannya yang panjang dengan perasaan yang sama. Hal itulah yang menyebabkannya menjadi patah hati.
          Mungkin rasa cinta yang dialami tokoh Aku kepada gurunya merupakan sebuah rasa ketertarikan secara seksual sejak mereka pertama kali bertemu. Tokoh Aku merasa tertarik secara seksual kepada lawan jenis yaitu gurunya sendiri, dan ia melihat bahwa baginya saat itu gurunya merupakan wanita yang paling cantik yang pernah ia temui selama hidupnya. Rasa ketertarikan secara seksual yang dialami tokoh Aku kepada gurunya menjadikannya mengalami jatuh cinta. Perasaan cinta yang dialami oleh tokoh Aku merupakan bentuk refleksi dari hasrat cinta secara seksual. Awalnya, tokoh Aku sangat mengagumi gurunya, kekaguman itu mungkin adalah sebuah permulaan dari ketertarikan tokoh Aku secara seksual kepada gurunya. Kemudian ketertarikannya secara seksual ini berlanjut menjadi hasrat ingin memiliki dari tokoh Aku kepada gurunya. Hasrat ingin memiliki ini menjadikannya terobsesi untuk dapat memiliki gurunya dengan cara ia ingin menikahinya. Namun hasrat seksual dan kecintaannya tidak berbalas sehingga obsesinya dalam memiliki gurunya itu tidak dapat tercapai dan berujung patah hati karena gurunya telah menikah dengan pria lain, gurunya juga telah memiliki seorang anak. Dapat disimpulkan bahwa tokoh Aku merupakan seseorang yang mengalami obsesi cinta dan berujung patah hati, yang bermula dari rasa cinta dengan ketertarikannya secara seksual terhadap lawan jenis yaitu gurunya sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Minderop, Albertine, Psikologi Sastra, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005 halaman 105
Minderop, Albertine, METODE KARAKTERISASI TELAAH FIKSI  Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005 halaman 38
Minderop, Albertine, Psikologi Sastra, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005 halaman 59
Minderop, Albertine, Psikologi Sastra, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005 halaman 45
http://www.kompasiana.com/ella_zulaeha/bahayanya-brokenheart syndrome_550177b5a333117f735133cf
Minderop, Albertine, METODE KARAKTERISASI TELAAH FIKSI  Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005 halaman 95
Minderop, Albertine, METODE KARAKTERISASI TELAAH FIKSI  Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005 halaman 105
Minderop, Albertine, Psikologi Sastra, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005 halaman 45

  





Tidak ada komentar:

Posting Komentar