Obsesi
Cinta Berujung Patah Hati
dalam First
Love
Karya
Rejo John
Psychology of Literature
Prof. Dr. Hj. Albertine Minderop, MA
Firda Prihatin
2014130036
UNIVERSITAS DARMA PERSADA
Jl. Raden Inten II (Terusan Casablanca),
Pondok Kelapa
Jakarta Timur 13450 Telp. 8649051/8649052
Daftar Isi
Cover
Daftar Isi
A. Bab
I
1. Pendahuluan
A. Ringkasan
Cerita
B. Permasalahan
C. Asumsi
D. Konsep
1. Perwatakan
1.1 Sudut
Pandang
1.2 Karakter
2. Psikologi
Sastra
2.1 Konsep
Obsesi
2.2 Konsep
Cinta
2.3 Konsep
patah hati
B. Bab
II
2. Obsesi cinta berujung patah hati
A.
Telaah Perwatakan
1. Tokoh
“Aku”
2. Tokoh
Guru
B.
Telaah
Perwatakan Melalui Pendekatan Psikologi
1.
Perwatakan Tokoh Aku yang menggambarkan Obsesi
2. Perwatakan Tokoh Aku yang
menggambarkan Cinta
3.
Perwatakan Tokoh Aku yang menggambarkan Patah hati
C.
Bab III
Kesimpulan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Ringkasan
cerita
Tokoh “Aku” dalam cerpen First Love adalah
seseorang yang mempunyai cinta pertama, dan cinta pertamanya itu ia rasakan
sejak ia masih dibawah umur kepada gurunya sendiri. Saat ia melihat gurunya, ia
menyukainya karena gurunya sangat cantik. Ia menulis surat cinta untuk gurunya
disaat kuis berlangsung, dan gurunya mengetahui namun hanya menganggapnya
sebagai hal yang wajar dilakukan oleh anak kecil, dia menganggap itu hal yang
lucu. Ia menunggu jawaban dari gurunya, dan memperhatikan apakah gurunya itu
mencintainya juga atau tidak. Namun gurunya tidak menunjukkan tanda – tanda
apapun sampai ia lulus sekolah. Cinta pertama yang ia rasakan itu berlangsung
lama, walaupun ia sempat melupakan perasaannya kepada wanita itu. Sampai pada
akhirnya ia bertemu lagi disuatu supermarket dengan gurunya, sang cinta
pertamanya itu. Saat itu, ia sudah dewasa dan gurunya juga sudah mempunyai
suami, dan anak. Ia menyapa gurunya, tapi gurunya itu tidak mengenalinya.
Hatinya terasa hancur ketika mengetahui sang guru telah menikah dengan pria
lain dan memiliki seorang anak perempuan.
B. Permasalahan
Tokoh
aku memiliki ketertarikan kepada lawan jenis saat ia masih dibawah umur. Ia
menyukai wanita yang jauh lebih tua darinya yaitu gurunya sendiri. Ia bahkan
mengungkapkan perasaannya dan ingin menikah dengan gurunya itu. Rasa itu terus
hadir didalam lubuk hatinya sehingga ia terobsesi untuk memiliki wanita itu.
Meskipun ia sempat melupakan perasaannya kepada gurunya, namun rasa itu kembali
hadir dan membekas dalam ingatannya. Ketika tokoh aku telah dewasa dan bertemu
lagi dengan gurunya, saat itu diketahuilah bahwa gurunya telah menikah dan
mempunyai anak. Dan saat itu pula hatinya hancur mengetahui itu semua.
C. Asumsi
Asumsi
dalam penelitian ini adalah obsesi cinta berujung patah hati.
D. Konsep
1.
Perwatakan
1.1 Sudut
pandang
Sudut pandang persona pertama “aku”
terdiri atas : “aku” tokoh utama atau “First
– person participant” yaitu pencerita yang ikut berperan sebagai tokoh
utama, melaporkan ceritera dari sudut pandang “aku” atau “I” dan menjadi fokus atau pusat ceritera dan “aku” tokoh tambahan “first – person observant”, yaitu
pencerita yang tidak ikut berperan dalam ceritera, hadir sebagai tokoh tambahan
yang aktif sebagai pendengar atau penonton dan hanya untuk melaporkan ceritera
kepada pembaca dari sudut pandang “saya” atau “I”. (Minderop, 2005:105).
Cerpen
ini menggunakan sudut pandang persona pertama.
1.2 Karakter
Karakterisasi melalui
tindakan para tokoh. Selain melalui tuturan, watak tokoh dapat diamati melalui
tingkah-laku. Tokoh dan tingkah laku bagaikan dua sisi pada uang logam. Menurut
Henry James, sebagaimana dikutip oleh Pickering dan Hoeper, menyatakan bahwa
perbuatan dan tingkah laku secara logis merupakan pengembangan psikologi dan
kepribadian; memperlihatkan bagaimana watak tokoh ditampilkan dalam ekspresi
wajah pun dapat memperlihatkan watak seorang tokoh. Selain itu, terdapat
motivasi yang melatarbelakangi perbuatan dan dapat memperjelas gambaran watak
para tokoh. Apabila pembaca mampu menelusuri motivasi ini maka tidak sulit
untuk menentukan watak tokoh. (Minderop, 2005:38).
2. Psikologi
Sastra
Psikologi
sastra adalah interdisiplin antara psikologi dan sastra. Mempelajari psikologi
sastra sebenarnya sama halnya dengan mempelajari manusia dari sisi dalam.
Mungkin aspek ‘dalam’ ini yang acap kali bersifat subjektif, yang membuat para
pemerhati sastra menganggapnya berat. Sesungguhnya belajar psikologi sastra
amat indah, karena kita dapat memahami sisi kedalaman jiwa manusia, jelas amat
luas dan amat dalam. Makna interpretatif terbuka lebar. Daya tarik psikologi
sastra ialah pada masalah manusia yang melukiskan potret jiwa. Tidak hanya jiwa
sendiri yang muncul dalam sastra, tetapi juga bisa mewakili jiwa orang lain.
Setiap pengarang kerap menambahkan pengalaman sendiri dalam karyanya dan
pengalaman pengarang itu sering pula dialami oleh orang lain. (Minderop,
2005:59).
2.1
Obsesi
Obsesi adalah pemikiran, dorongan, atau
gambaran berulang dan terus-menerus yang terasa mengganggu, menekan dan diakui
sebagai sesuatu yang berlebihan dan tidak masuk akal, meskipun ia merupakan
produk dari pikiran yang bersangkutan. Pikiran, dorongan, atau gambaran ini
tidak dapat dihapuskan oleh logika atau penalaran.
2.2 Cinta
Psikolog merasa perlu mendefinisikan cinta
dengan cara memahami mengapa timbul cinta dan apakah terdapat bentuk cinta yang
berbeda. Gairah cinta dari cinta romantis tergantung pada si individu dan objek
cinta – adanya nafsu dan keinginan untuk bersama – sama. Gairah seksual yang
kuat kerap timbul dari perasaan cinta. Menurut kajian cinta romantis, cinta dan
suka pada dasarnya sama. Mengenai cinta seorang anak kepada ibunya didasari
kebutuhan perlindungan; demikian pula cinta ibu kepada anak adanya keinginan
melindungi. (Minderop, 2005:45).
2.3
Patah Hati
Patah hati menyebabkan seseorang
cenderung memilih untuk menarik diri dari keramaian. Seseorang yang baru saja
patah hati lebih senang menyendiri dan merenung berlama-lama. Hal tersebut lah
yang kemudian menimbulkan suatu kecemasan berlebihan yang bernama sindroma
patah hati (‘Brokenheart Syndrome'). Menurut seorang Psikolog Universitas
Michigan, Ethan Kross, yang juga merupakan penulis utama penelitian yang
dilaporkan dalam ‘Proceedings of the National Academy of Sciences' bahwa orang-orang
yang perasaannya hancur akibat kisah percintaannya juga dapat merasakan sakit
fisik yang sebenarnya. Kross juga merupakan asisten profesor di Departemen
psikologi, ia bekerja sama dengan rekan-rekannya dan peneliti di Columbia
University dan University of Colorado-Boulder mengumpulkan 40 orang yang pernah
mengalami perpisahan (putus cinta) selama 6 bulan terakhir. Semua mengatakan
putus cinta mengarahkan perasaan penolakan dan rasa sakit. (http://www.kompasiana.com/ella_zulaeha/bahayanya-brokenheart-syndrome_550177b5a333117f735133cf)
BAB II
OBSESI CINTA BERUJUNG PATAH
HATI
Bahwa
didalam bab ini saya akan menelaah perwatakan melalui metode karakterisasi
telaah fiksi dengan pendekatan psikologi sastra. Melalui sudut
pandang persona pertama, saya mentelaah perwatakan tokoh pada cerita First Love karya Rejo John.
A.
Telaah
Perwatakan
Perwatakan adalah kualitas
nalar dan perasaan para tokoh di dalam suatu karya fiksi yang dapat mencakup
tidak saja tingkah laku atau tabiat dan kebiasaan,tetapi juga penampilan. Untuk
menganalisis perwatakan, sudut pandang dengan berbagai teknik pencerita dapat digunakan
oleh pengarang dengan menampilkan pencerita atau narrator. (Minderop, 2005:95).
Saya
ingin menjelaskan watak dari beberapa karakter yang terdapat pada cerita ini
yaitu tokoh Aku dan Guru. Pada cerita First Love perwatakan
yang saya dapat dari tokoh Aku antara lain:
1. Tokoh Aku
·
Pemerhati
Tokoh
Aku dalam cerita ini merupakan seseorang yang sangat menginginkan gurunya dan
sangat menaruh perhatian kepada gurunya. Setelah ia mengirimkan surat cinta
kepada gurunya, ia menunggu balasan cinta dari gurunya itu. Setiap hari ia
menanti sebuah jawaban dan memperhatikan apakah ada tanda – tanda cinta dari
gurunya, tapi ternyata gurunya hanya memperlakukannya seperti murid lain. Ia
tetap menunggu dan tetap menginginkan untuk memiliki gurunya. Dibawah ini
merupakan kutipan yang menggambarkan sifat pemerhati dari tokoh aku dalam upaya
memiliki gurunya :
“It was on my way back to class that I remembered that she
hadn't answered my question in the letter as to whether she would like to marry
me or not. I decided it better to ask her some other time. Everyday I
would sit expectantly waiting for her to show me some sign that she loved me
too. But there was none. She treated me just the way she treated
every one of her other
students.”
(First Love paragraf 11)
·
Romantis
Dalam
cerita ini, tokoh aku juga merupakan seseorang yang romantis dan mencintai
gurunya. Ia mengungkapkan perasaannya dengan cara yang romantis yaitu menuliskan
surat cinta untuk gurunya. Ia menuliskan surat cinta untuk gurunya dilembar
jawaban untuk soal ujian. Berikut ini merupakan kutipan
yang menggambarkan keromantisan tokoh aku kepada gurunya :
“I decided to write her a letter
proclaiming my love to her.
“Ma'am, you
are very beautiful and I really love you. I know I am a bit younger than you, but I will
really take care of you. We have a really
huge house in my native place. We can get married and go live there happily. Its very beautiful there
and I am sure you will love it.
We will be very happy there.””
(First Love
paragraf 7)
2.
Tokoh Guru
·
Belas
kasih
Tokoh
guru merupakan seseorang yang memiliki sifat penyayang atau belas kasih. Dia
tidak menghukum tokoh Aku yang menulis surat cinta untuknya dilembar jawaban
ujian. Setelah membaca surat cinta dari tokoh Aku yang ditulis pada lembar
jawaban, dia malah tertawa dan tidak memberikan hukuman apapun kepada tokoh
Aku. Justru ia malah membiarkan tokoh Aku kembali ke kelas. Dibawah
ini merupakan kutipan yang menggambarkan belas kasih tokoh guru :
“She continued laughing for sometime and finally said,
"Actually I am a bit relieved. I thought all you guys hated
me. Glad to know at least one of my pupils love me." "Please
don't tell my parents," is all I said standing there like a little scared
boy.
She gave me back the letter, which I folded and hid in my pocket, and we went back to class.”
She gave me back the letter, which I folded and hid in my pocket, and we went back to class.”
(First Love
paragraf 10)
·
Lupa
Tokoh
guru juga memiliki watak pelupa. Bahkan ia lupa kepada tokoh Aku ketika mereka
bertemu disebuah supermarket pada saat tokoh Aku sudah dewasa. Ketika mereka
bertemu disebuah supermarket, tokoh Aku menegur gurunya. Namun gurunya justru
kelihatan bingung dan tidak mengenali tokoh Aku yang merupakan muridnya
sendiri. Berikut ini merupakan kutipan yang
menggambarkan lupa dari tokoh guru dalam mengenali tokoh Aku :
“She looked at me confused and a bit
scared. I was disappointed she didn’t recognize me. I quickly went
on to say that I was a student in her class. She forced out a smile, but
I could make out that she still didn’t recognize me. She asked me what I
was doing then. I told her that I was pursuing my graduation.”
(First Love paragraf 14)
B.
Telaah
Perwatakan Melalui Pendekatan Psikologi
Berikut
ini saya ingin menunjukkan telaah psikologi sastra sesuai dengan asumsi saya. Asumsi
saya adalah dalam kisah First Love
ini mengandung tiga unsur psikologi sastra, yaitu obsesi, cinta, dan patah
hati. Tiga unsur tersebut yang menjadi permasalahan utama dalam kisah ini dan
faktor – faktor dasar Tokoh Aku mengalami kekecewaan kepada gurunya. Dengan
demikian, saya akan menelaah psikologi sastra dengan mengacu pada telaah
perwatakan tokoh utama, yaitu Tokoh Aku. Sebelumnya, saya akan menjelaskan
terlebih dahulu apa itu obsesi, cinta, dan patah hati.
Obsesi adalah pemikiran, dorongan, atau
gambaran berulang dan terus-menerus yang terasa mengganggu, menekan dan diakui
sebagai sesuatu yang berlebihan dan tidak masuk akal, meskipun ia merupakan
produk dari pikiran yang bersangkutan. Pikiran, dorongan, atau gambaran ini
tidak dapat dihapuskan oleh logika atau penalaran.
Psikolog merasa perlu mendefinisikan
cinta dengan cara memahami mengapa timbul cinta dan apakah terdapat bentuk
cinta yang berbeda. Gairah cinta dari cinta romantis tergantung pada si
individu dan objek cinta – adanya nafsu dan keinginan untuk bersama – sama.
Gairah seksual yang kuat kerap timbul dari perasaan cinta. Menurut kajian cinta
romantis, cinta dan suka pada dasarnya sama. Mengenai cinta seorang anak kepada
ibunya didasari kebutuhan perlindungan; demikian pula cinta ibu kepada anak
adanya keinginan melindungi. (Minderop, 2005:45).
Patah hati menyebabkan seseorang cenderung memilih
untuk menarik diri dari keramaian. Seseorang yang baru saja patah hati lebih
senang menyendiri dan merenung berlama-lama. Hal tersebut lah yang kemudian
menimbulkan suatu kecemasan berlebihan yang bernama sindroma patah hati
(‘Brokenheart Syndrome'). Menurut seorang Psikolog Universitas Michigan, Ethan
Kross, yang juga merupakan penulis utama penelitian yang dilaporkan dalam
‘Proceedings of the National Academy of Sciences' bahwa orang-orang yang
perasaannya hancur akibat kisah percintaannya juga dapat merasakan sakit fisik
yang sebenarnya. Kross juga merupakan asisten profesor di Departemen psikologi,
ia bekerja sama dengan rekan-rekannya dan peneliti di Columbia University dan
University of Colorado-Boulder mengumpulkan 40 orang yang pernah mengalami
perpisahan (putus cinta) selama 6 bulan terakhir. Semua mengatakan putus cinta
mengarahkan perasaan penolakan dan rasa sakit.
1.
Perwatakan
Tokoh Aku yang menggambarkan Obsesi
Seperti
yang saya jelaskan sebelumnya bahwa obsesi adalah
pemikiran, dorongan, atau gambaran berulang dan terus-menerus yang terasa
mengganggu. Dalam cerita ini, Tokoh Aku mengalami obsesi pemikiran,
dorongan, atau gambaran berulang dan terus-menerus yang terasa mengganggu
terhadap gurunya. Menyoroti dari telaah perwatakan, tokoh aku mengalami
obsesi terhadap gurunya, ia memiliki rasa yang
sangat besar untuk memiliki gurunya itu. Dibawah ini merupakan
kutipan yang menggambarkan obsesi tokoh aku dalam memiliki gurunya :
“It
was on my way back to class that I remembered that she hadn't answered my question in the letter as to
whether she would like to marry me
or not. I decided it better to ask her some other time.”
(First Love paragraf 11)
Selain
itu, ia juga tetap menunggu jawaban cinta dari gurunya itu setiap hari. Namun
gurunya itu tidak memberikan tanda – tanda cinta apapun. Tidak ada balasan
cinta yang ia dapatkan dari gurunya, melainkan ia hanya diperlakukan seperti
murid – muridnya yang lain.
“Everyday
I would sit expectantly waiting for
her to show me some sign that she
loved me too. But there was none. She treated me just the way she treated every one of her other students.”
(First Love paragraf 12)
Bahkan
setelah ia lulus dari sekolah itu, ia tetap mempunyai perasaan ingin memiliki
gurunya itu. Perlahan ia mulai melupakan gurunya itu meskipun sulit. Namun
sekarang ia tetap memiliki perasaan itu lagi dan mengingat lagi gurunya itu.
“I continued to secretly love her throughout my school life,
and then the time came to finish school and move on. It was a very
difficult time for me, but as years passed on, I slowly forgot about her.
But still, every now and then, I would remember her, but it never hurts as much
as it had back then.”
(First Love paragraf
13)
Konsep
obsesi yang dijelaskan diatas berkaitan dengan watak tokoh Aku yang
mengakibatkan timbulnya psikologi obsesi. Tokoh Aku terobsesi untuk memiliki
gurunya, ia menunggu jawaban dari surat cintanya dan menunggu tanda – tanda
apakah gurunya membalas cintanya atau tidak. Setelah
ia mengirimkan surat cinta kepada gurunya, ia menunggu balasan cinta dari
gurunya itu. Setiap hari ia menanti sebuah jawaban dan tanda – tanda cinta dari
gurunya, tapi gurunya hanya memperlakukannya seperti murid lain. Ia tetap
menunggu dan tetap terobsesi untuk memiliki gurunya dan rasa ingin memiliki itu
tetap ada hingga ia dewasa.
2. Perwatakan Tokoh Aku yang menggambarkan Cinta
Menyoroti
dari telaah perwatakan, Tokoh Aku mengalami cinta pertama yaitu terhadap gurunya
sendiri. Tokoh
Aku mengalami cinta pertama yaitu kepada gurunya sendiri yang menurutnya adalah
wanita yang paling cantik dimatanya pada saat itu, ia mencintainya meskipun
usianya jauh lebih tua darinya. Cinta pertama yang ia rasakan yaitu saat dia
berada dibangku kelas 2 SMP. Berikut ini merupakan kutipan
yang menggambarkan kecintaan tokoh aku kepada gurunya :
“Then, as usual on time, she walked
into the class. I sat up and put on a radiant smile hoping to catch her
attention. But, as usual, I didn't. She walked to the front of the
class and declared,
"Alright, settle down guys!"
Ya, I guess you figured it out. My first love was my 8th grade teacher.
Dressed in an yellow churidhaar and a red bindi on her forehead, she looked beautiful as ever!”
"Alright, settle down guys!"
Ya, I guess you figured it out. My first love was my 8th grade teacher.
Dressed in an yellow churidhaar and a red bindi on her forehead, she looked beautiful as ever!”
(First
Love paragraf 4)
Tokoh Aku mengalami cinta pertama
yaitu kepada gurunya sendiri, ia mencintainya meskipun usianya jauh lebih tua
darinya. Cinta pertama yang ia rasakan yaitu saat dia berada dibangku kelas 2
SMP. Saat itu gurunya mengenakan pakaian berwarna kuning, dan bindi merah
dikepalanya yang membuatnya terlihat sebagai wanita yang paling cantik dimata
Tokoh Aku pada saat itu.
Selain
itu, ia juga sangat senang saat – saat harinya disekolah bisa melihat wajah
gurunya yang sangat cantik, dan memperhatikannya selama satu jam.
“This was the most favorite part of
my school days. The highlight of my day. To sit there and look at
her for an hour.
After writing the questions, she sat down in front the board and started reading some book.
To tell you the truth, I had no idea what the answers were, so I just sat there doodling on my page in-between the times I spent gazing at her beautiful face.”
After writing the questions, she sat down in front the board and started reading some book.
To tell you the truth, I had no idea what the answers were, so I just sat there doodling on my page in-between the times I spent gazing at her beautiful face.”
(First
Love paragraf 5)
Dalam
cerita ini, tokoh aku juga merupakan seseorang yang penyayang dan mencintai
gurunya. Ia mengungkapkan perasaannya dengan menuliskan surat cinta untuk
gurunya. Berikut ini merupakan kutipan yang
menggambarkan kecintaan tokoh aku kepada gurunya :
“I
decided to write her a letter proclaiming my love to her. “Ma'am, you are very
beautiful and I really love you. I know I am a bit younger than you, but
I will really take care of you. We have a really huge house in my native
place. We can get married and go live there happily. Its very
beautiful there and I am sure you will love it. We will be very happy there.””
(First Love paragraf 7)
Tokoh
Aku menginginkan pernikahan dengan gurunya. Dalam surat cinta itu, ia berkata
bahwa gurunya sangat cantik dan ia sangat mencintainya. Walaupun usianya jauh
lebih muda dari gurunya, ia akan menjaganya. Tokoh Aku juga ingin hidup bersama
dengan gurunya dan memiliki kehidupan bersama yang bahagia. Konsep cinta yang
dijelaskan diatas berkaitan dengan watak Tokoh Aku yang mengakibatkan timbulnya
psikologi cinta.
3. Perwatakan Tokoh Aku yang menggambarkan Patah hati
Menyoroti
dari telaah perwatakan, tokoh aku mengalami patah hati terhadap gurunya. Tokoh
Aku merasa patah hati setelah sekian lama menunggu namun cintanya kepada
gurunya tetap tak terbalaskan. Dibawah ini merupakan kutipan yang menggambarkan
patah hati tokoh Aku kepada gurunya :
“She looked at me confused and a bit scared. I was
disappointed she didn't recognize me. I quickly went on to say that I was
a student in her class. She forced out a smile, but I could make out that
she still didn't recognize me. She asked me what I was doing then.
I told her that I was pursuing my graduation.
"That's good." she said forcing out another smile.
Before I could say anything else, just like in that fucking ad you see on the TV, this little girl came running to her screaming, "Mummmiieee!"
She picked up this little girl, and the little girl starts saying,
"Mummy, please buy me this toy! I want it!"
"You already have lots of toys at home! No more toys!" said a man walking towards to us.”
"That's good." she said forcing out another smile.
Before I could say anything else, just like in that fucking ad you see on the TV, this little girl came running to her screaming, "Mummmiieee!"
She picked up this little girl, and the little girl starts saying,
"Mummy, please buy me this toy! I want it!"
"You already have lots of toys at home! No more toys!" said a man walking towards to us.”
(First
Love paragraf 14)
Tokoh Aku merasa patah hati saat bertemu gurunya disebuah
supermarket. Namun gurunya itu tidak mengenalinya, malah merasa takut
dengannya. Setelah itu, ada anak kecil perempuan yang menghampiri gurunya dan
memanggilnya mama. Ada juga seorang lelaki yang menghampiri mereka, dan
ternyata itu adalah suami dari gurunya itu. Menyadari hal tersebut, tokoh aku
merasa hatinya hancur saat itu juga.
Selain itu,
ia merasa sangat patah hati menyadari gurunya sudah berkeluarga dan menikah
dengan pria lain, bukan dengannya.
“You are probably gonna laugh at this, but I felt my heart
break into a thousand pieces at that point. I stood there trying to smile
and hoping they didn't notice that I was actually starting to tear up a bit.”
(First Love paragraf 15)
Setelah
itu, ia tidak pernah bertemu dengan gurunya lagi. Itulah saat terakhir ia
bertemu dengan gurunya, cinta pertamanya yang malah membuatnya patah hati.
Ternyata selama ini ia baru menyadari bahwa dirinya hanyalah seorang murid
biasa dimata gurunya.
“And
that was the last time I ever saw her.
Oh great! Now Akash is crying out loud.
"To the world you may be one person, but to ur teacher you will always be just one of her students!" I shouted.”
Oh great! Now Akash is crying out loud.
"To the world you may be one person, but to ur teacher you will always be just one of her students!" I shouted.”
(First Love paragraf 16)
Tokoh
Aku yang masih mencintai gurunya hingga dewasa, merasa patah hati ketika
bertemu dengan wanita itu disebuah supermarket. Ia melihat gurunya sudah
bersuami dan memiliki seorang putri, dan saat itulah ia merasa hatinya hancur.
Konsep patah hati yang dijelaskan diatas berkaitan dengan watak tokoh Aku yang
mengakibatkan timbulnya psikologi patah hati.
Dalam cerita First Love karya Rejo John, dapat dilihat bahwa tokoh Aku merupakan
seseorang yang mempunyai cinta pertama yang ia rasakan kepada gurunya sendiri. Obsesi,
cinta dan patah hati ini adalah unsur – unsur yang mengidap didalam diri Tokoh
Aku. Ketiganya sangat membawa dampak pada kehidupan Tokoh Aku. Ia merasakan
patah hati setelah memendam perasaannya cukup lama, karena wanita yang ia
cintai ternyata menikah dengan pria lain. Hal ini berkaitan dengan obsesinya
yang begitu besar untuk memiliki gurunya, namun tidak tercapai dan
menyebabkannya merasa patah hati. Dengan demikian, obsesi, cinta, dan patah
hati adalah tiga unsur psikologi sastra dan saya telah menelaah psikologi
sastra dalam cerita ini dengan mengacu pada telaah perwatakan karakter utama
yaitu Tokoh Aku.
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan apa yang telah saya amati
didukung dari berbagai macam sumber dalam melakukan penelitian ini, saya
berpikir bahwa tokoh Aku mempunyai rasa cinta yang ia miliki sejak ia kecil dan
rasa itu tertuju untuk gurunya, meskipun perberbedaan usia mereka yang cukup
jauh yang telah dirangkai oleh pengarang. Dia mempunyai obsesi yang sangat
besar untuk memiliki gurunya.
Hal itu justru menyebabkannya tidak
bisa menghilangkan perasaannya kepada gurunya itu dan perasaannya itu tetap ada
hingga ia dewasa. Sampai terjadilah suatu pertemuan dia dengan gurunya, serta
keluarga kecil gurunya itu yang membuatnya patah hati. Perasaan obsesi dalam
mencintai gurunya yang tetap ada hingga dewasa, mungkin malah membuatnya patah
hati ketika mengetahui kenyataan bahwa ia tidak bisa memiliki gurunya walaupun
setelah penantiannya yang panjang dengan perasaan yang sama. Hal itulah yang
menyebabkannya menjadi patah hati.
Mungkin rasa cinta yang dialami tokoh
Aku kepada gurunya merupakan sebuah rasa ketertarikan secara seksual sejak
mereka pertama kali bertemu. Tokoh Aku merasa tertarik secara seksual kepada
lawan jenis yaitu gurunya sendiri, dan ia melihat bahwa baginya saat itu
gurunya merupakan wanita yang paling cantik yang pernah ia temui selama
hidupnya. Rasa ketertarikan secara seksual yang dialami tokoh Aku kepada
gurunya menjadikannya mengalami jatuh cinta. Perasaan cinta yang dialami oleh
tokoh Aku merupakan bentuk refleksi dari hasrat cinta secara seksual. Awalnya,
tokoh Aku sangat mengagumi gurunya, kekaguman itu mungkin adalah sebuah
permulaan dari ketertarikan tokoh Aku secara seksual kepada gurunya. Kemudian
ketertarikannya secara seksual ini berlanjut menjadi hasrat ingin memiliki dari
tokoh Aku kepada gurunya. Hasrat ingin memiliki ini menjadikannya terobsesi untuk
dapat memiliki gurunya dengan cara ia ingin menikahinya. Namun hasrat seksual
dan kecintaannya tidak berbalas sehingga obsesinya dalam memiliki gurunya itu
tidak dapat tercapai dan berujung patah hati karena gurunya telah menikah
dengan pria lain, gurunya juga telah memiliki seorang anak. Dapat disimpulkan
bahwa tokoh Aku merupakan seseorang yang mengalami obsesi cinta dan berujung
patah hati, yang bermula dari rasa cinta dengan ketertarikannya secara seksual
terhadap lawan jenis yaitu gurunya sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Minderop, Albertine, Psikologi Sastra,
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005 halaman 105
Minderop, Albertine, METODE KARAKTERISASI
TELAAH FIKSI Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005 halaman 38
Minderop, Albertine, Psikologi Sastra,
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005 halaman 59
Minderop, Albertine, Psikologi Sastra,
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005 halaman 45
http://www.kompasiana.com/ella_zulaeha/bahayanya-brokenheart
syndrome_550177b5a333117f735133cf
Minderop, Albertine, METODE KARAKTERISASI
TELAAH FIKSI Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005 halaman 95
Minderop, Albertine, METODE KARAKTERISASI
TELAAH FIKSI Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005 halaman 105
Minderop, Albertine,
Psikologi Sastra, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005 halaman 45
Tidak ada komentar:
Posting Komentar