KONSEP
MANUSIA DALAM ISLAM
Agama Islam
Ardi Winata, Drs. MSi
Firda Prihatin
2014130036
UNIVERSITAS DARMA PERSADA
Jl. Raden Inten II (Terusan Casablanca), Pondok
Kelapa
Jakarta
Timur 13450 Telp. 8649051/8649052
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Secara umum manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa membutuhkan
orang lain, oleh karena itu manusia senantiasa membutuhkan interaksi
dengan manusia yang lain. Seorang Antropologi Indonesia yaitu Koentjaraningrat
menyatakan bahwa masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi
menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat terus menerus, dan
yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama. Pandangan yang dikemukakan oleh
Koentjaraningrat tersebut menegaskan bahwa di dalam masyarakat terdapat
berbagai komponen yang saling berinteraksi secara terus menerus sesuai dengan
sistem nilai dan sistem norma yang di anutnya. Interaksi antar komponen
tersebut dapat terjadi antara individu dengna individu, antara lain individu
dengan kelompok, maupun antara kelompok dengan kelompok. Sedangkan pengertian
manusia menurut Abineno J.I yang merupakan seorang ahli yakni, Manusia adalah “tubuh
yang berjiwa” dan bukan “jiwa abadi yang berada atau yang terbungkus dalam
tubuh yang fana”.[1]
Manusia juga merupakan salah satu ciptaan Allah Subhanahu wa taala.
Manusia bertanggungjawab atas apa yang terjadi di muka bumi ini karena manusia
adalah makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna. Seperti makhluk lainnya,
Allah menciptakan manusia juga untuk beribadah kepada-Nya. Namun berbeda hal
nya manusia dengan hewan. Perbedaan manusia dengan hewan adalah ruh, karena manusia
setelah mati akan dipertanggungjawabkan amal ibadahnya dengan menggunakan ruh
nya. Sedangkan hewan tidak punya ruh untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya
setelah mati. Selain itu, manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa
membutuhkan orang lain, oleh karena itu manusia senantiasa membutuhkan interaksi
dengan manusia yang lain.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah di atas, saya merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Darimanakah
asal mula manusia tercipta?
2. Bagaimanakah
manusia menurut pandangan islam?
3. Apakah
tujuan dari diciptakannya manusia?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Asal Mula Manusia
Menurut surat Al Mu’minun ayat 12-14 asal mula manusia
adalah
Wa laqad khalaqnal-insa - na min sula - latim min
t.i-n(in).
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari
suatu saripati (berasal) dari tanah.

Tsumma ja'alna - hu nut.fatan fi- qara - rim
maki-n(in).
Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang
disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).

Tsumma khalaqnan-nut.fata 'alaqatan fa
khalaqnal-‘alaqata mudgatan fa khalaqnal-mudgata 'iz.a - man fa kasaunal- 'iz.
a ma lah.man s.umma ansya’na - hu khalqan a-khar(a), fa taba-rakalla - hu ah.
sanulkha liqin(a)
Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah,
lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu
Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan
daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha
sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.[2]
Seperti
yang telah dijelaskan dalam surat Al Mu’minun ayat 12-14 diatas, Allah telah
menciptakan manusia dari saripati tanah, lalu menjadi nutfah, alaqah, dan
mudgah sehingga akhirnya menjadi makhluk yang paling sempurna yang memiliki
berbagai kemampuan. Hal ini juga berkaitan dengan ilmu medis yang dikenal
dikalangan luas, baik orang islam maupun yang non muslim sekalipun. Pada
dasarnya menurut ilmu medis, manusia berasal dari sperma dan
ovum yang bertemu dan menyatukan diri. Terjadinya proses tersebut dengan penuh
kecermatan dan ketepatan yang hanya bisa diatur oleh Zat yang Maha Kuasa atas
segala sesuatu. Keduanya bertemu, mengomunikasikan informasi yang mereka bawa
dan berlanjut dalam perkembangan yang luar biasa. Dua sel manusia berlainan
jenis itu menyatu kemudian membelah dan terus membelah. Tiap-tiap sel baru
membentuk jalinan yang kuat di antara mereka. Setelah mulai terbentuk, sel-sel
calon manusia itu mencari tempat berlabuhnya di dinding rahim sang ibu. Mereka
melekat kuat dan membentuk jaringan penghubung antara si calon manusia dengan
sang ibu. Jaringan penghubung ini dalam dunia medis disebut sebagai placenta.
Tahap inilah yang dalam dunia medis atau kedokteran modern disebut zygot.
Hal ini
menunjukkan tanda kekuasaan Allah SWT. sekaligus kebenaran Al-Qur’an. Jauh
dari beribu-ribu tahun yang lalu, saat kehidupan manusia belum mengenal
lebih dalam mengenai dunia medis maupun kedokteran. Saat peradaban manusia jauh
dari kata modern dibandingkan pada saat ini. Namun Al-Qur’an telah menyatakan
sesuatu yang baru terlihat pada abad modern ini, jauh sebelum manusia
mempelajari dunia medis dan kedokteran.
B.
Manusia Menurut Pandangan Islam
Manusia merupakan ciptaan
Tuhan Yang Maha Esa sebagai khalifah dibumi dengan dibekali akal pikiran untuk
berkarya dimuka bumi. Manusia memiliki perbedaan baik secara biologis maupun
rohani. Secara biologis umumnya manusia dibedakan secara fisik sedangkan secara
rohani manusia dibedakan berdasarkan kepercayaannya atau agama yang dianutnya.
Kehidupan manusia sendiri sangatlah komplek, begitu pula hubungan yang terjadi
pada manusia sangatlah luas.[3]
Setelah
mengetahui proses terciptanya manusia dan asal mula manusia tercipta seperti
yang telah dijelaskan di atas, maka pembahasan selanjutnya adalah mengenai
manusia menurut pandangan islam. Manusia dalam pandangan sosial merupakan suatu
makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendirian. Manusia membutuhkan bantuan
orang lain dan harus berinteraksi dengan orang lain dalam menjalani hidupnya.
Sedangkan manusia menurut pandangan islam yaitu sebagai hamba Allah (`abdullah) dan sebagai wakil Allah (khalifatullah) di muka bumi. Sebagai
hamba Allah, manusia adalah kecil dan tidak mempunyai kekuasaan. Maka dari itu,
tugasnya hanya menyembah kepada-Nya dan berpasrah diri kepada-Nya. Tetapi
sebagai khalifatullah, manusia diberi fungsi sangat besar, karena Allah Maha
Besar maka manusia sebagai wakil-Nya di muka bumi memiliki tanggung jawab dan
otoritas yang sangat besar. Sebagai khalifah, manusia diberi tangung jawab pengelolaan alam semesta
untuk kesejahteraan umat manusia, karena alam semesta memang diciptakan Allah
Subhanahu Wa Ta’ala untuk
manusia. Sebagai wakil Allah, manusia
juga harus menyebarkan rahmat-Nya, menegakkan
kebenaran, membasmi kebatilan, menegakkan keadilan, dan bahkan diberi otoritas
untuk menghukum mati manusia. Sebagai hamba manusia adalah kecil, tetapi
sebagai khalifah Allah, manusia memiliki fungsi yang sangat besar dalam
menegakkan sendi-sendi kehidupan di muka bumi. Oleh karena itu, manusia
dilengkapi dengan kelengkapan psikologis yang sangat sempurna, akal, hati,
syahwat dan hawa nafsu, yang kesemuanya sangat memadai bagi manusia untuk
menjadi makhluk yang sangat terhormat dan mulia, disamping juga sangat potensil
untuk terjerumus hingga pada posisi lebih rendah dibanding binatang. Manusia sebagai hamba Allah Subhanahu Wa Ta’ala. dilantik menjadi khalifah Allah dan pelantikkan itu adalah kerana
kelayakan manusia untuk memegang tanggungjawab tersebut. Antara kelayakan tersebut ialah bahawa diantara hamba-Nya maka
manusialah yang lebih hampir dengan Alllah s.w.t. Sebagai hakikatnya, hamba-Nya
dan kkhalifah-Nya maka manusia tidak berhak mencipta yang diizinkan. Khalifah adalah satu keistimewaan
yang besar dan hanya diberikan kepada manusia dan tidak diberikan kepada
malaikat, apalagi untuk diberikan kepada
jin.
Dalam surat Al
Baqarah ayat 30-33 manusia merupakan khalifah dimuka bumi

[30] Dan
(ingatlah) tatkala Tuhan engkau berkata kepada Malaikat : Sesungguhnya Aku
hendak menjadikan di bumi seorang khalifah. Berkata mereka : Apakah Engkau
hendak menjadikan padanya orang yang merusak di dalam nya dan menumpahkan darah,
padahal kami bertasbih dengan memuji Engkau dan memuliakan Engkau ? Dia berkata
: Sesungguhnya Aku lebih mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.

[31] Dan telah
diajarkanNya kepada Adam nama-nama semuanya, kemudian Dia kemukakan semua
kepada Malaikat, lalu Dia berfirman : Beritakanlah kepadaKu nama-nama itu
semua, jika adalah kamu makhluk-makhluk yang benar.

[32] Mereka menjawab:
Maha Suci Engkau ! Tidak ada pengetahuanbagi kami. kecuali yang Engkau ajarkan
kepada Kami. Karena sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Tahu, lagi Maha
Bijaksana.

[33] Berkata
Dia : Wahai Adam! beritahukanlah kepada mereka nama-nama itu semuanya! Maka
tatkala telah diberitahukannya kepada mereka nama-nama itu semua, berfirmanlah
Dia : Bukankah telah Aku katakan k e p a d a kamu, bahwa sesungguhnya Aku
lebih mengetahui rahasia semua langit dan bumi, dan lebih Aku ketahui apa yang
kamu nyatakan dan apa yang kamu sembuyikan.[4]
Dalam
menafsirkan ayat ini, terlebih dahulu haruslah dengan segala kerendahan hati
dan iman kita pegang apa yang telah dipimpinkan Allah yaitu tentang percaya
kepada yang ghaib. Allah telah menyampaikan dengan Wahyu kepada Utusan-Nya
bahwa Dia pernah bersabda kepada Malaikat bahwa Allah hendak mengangkat seorang
khalifah di bumi. Maka terjadilah semacam soal tanya-jawab di antara Allah
Subhanahu Wa Ta’ala dengan Malaikat. Dalam ayat ini jelas dituliskan bahwa
Allah hendak menjadikan manusia sebagai khalifah dimuka bumi ini. Walaupun
banyak yang menafsirkan kata “Khalifah” dengan artian yang berbeda-beda, namun
disini Allah menunjuk manusia sebagai pemimpin di bumi ciptaan-Nya. Maka
manusia menurut pandangan islam dilihat dari surat Al Baqarah ayat 30-33 adalah
seorang khalifah dimuka bumi.
C. Tujuan
Diciptakannya Manusia
Allah Subhanahu Wa Ta’ala tentu saja memiliki tujuan dalam menciptakan langit, bumi, dan alam semesta beserta isinya. Segala sesuatu yang Allah ciptakan, baik di langit maupun di bumi pasti ada tujuan dan hikmahnya. Tidaklah semata mata karena hanya suka-suka saja. Bahkan seekor nyamuk pun tidaklah diciptakan sia-sia. Begitu pula dengan diciptakannya makhluk-makhluk Allah yang lain, pasti juga ada tujuannya. Hal ini tertulis dalam surat Al Mu’minun ayat 115
Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami
menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan
dikembalikan kepada Kami?[5]
Seperti yang dijelaskan
surat diatas, Allah menciptakan segala sesuatu pasti memiliki tujuan, sama hal
nya dengan diciptakannya manusia. Selain sebagai khalifah
dimuka bumi seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, diciptakannya manusia oleh Allah juga
memiliki tujuan-tujuan lain.
Allah menciptakan
manusia untuk berilmu dan terus mempelajari ciptaan-Nya dan kekuasaan-Nya.
Seperti yang tertulis dalam surat Ath Thalaq ayat 12

Allah lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti
itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala
sesuatu, dan sesungguhnya Ilmu Allah benar-benar meliputi segala sesuatu.[6]
Sedangkan menurut surat
Adz Zariyat ayat 56 tujuan diciptakannya manusia dimuka bumi adalah

Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia,
melainkan supaya mereka menyembah-Ku[7]
Dari ayat di
atas jelas menyebutkan tujuan diciptakan manusia adalah untuk beribadah, hanya
menyembah Allah semata. Ayat ini mengisyaratkan pentingnya tauhid, karena
tauhid adalah bentuk ibadah yang paling agung, mengesakan Allah dalam ibadah. Ayat
ini juga mengisyaratkan pentingnya beramal, setelah tujuan pertama manusia diciptakan
adalah agar berilmu, maka buah dari ilmu adalah beramal. Ilmu dicari dan
dipelajari hanya untuk diamalkan. Sebagaimana pohon, tidaklah ditanam kecuali
untuk mendapatkan buahnya, karena ilmu adalah buah dari amal.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Manusia merupakan makhluk ciptaan
Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang paling sempurna melebihi malaikat, jin, apalagi
setan. Sebagai makhluk yang dibekali dengan berbagai kelebihan jika dibandingan
denagn makhluk lain, sudah sepatutnya manusia mensyukuri anugrah tersebut
dengan berbagai cara, diantaranya dengan memaksimalkan semua potensi yang ada
pada diri kita. Kita juga dituntut untuk terus mengembangkan potensi tersebut
dalam rangka mewujudkan tugas dan tanggung jawab manusia sebagai makhluk dan
khalifah di bumi. Selain sebagai khalifah dimuka bumi, manusia juga mengemban
tanggung jawab sebagai makhluk yang harus terus menimba ilmu semasa hidupnya
untuk mengetahui dan mempelajari kekuasaan-kekuasaan Allah. Untuk itu, konsep
manusia dalam islam adalah sebagai makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna,
yang ditugaskan sebagai khalifah dimuka bumi, dan sebagai makhluk yang harus
mempelajari ilmu tentang kebesaran Allah melalui ciptaan-ciptaan-Nya agar
manusia mengetahui bahwa Maha Besar Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.google.com/search?q=al+mukminun+115&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwjC15C8zKLQAhWrKMAKHQHFCwsQ_AUICCgB&biw=1366&bih=602#imgrc=z_AhxVV_nBMmWM%3A
http://www.ibnukatsironline.com/2015/10/tafsir-surat-ath-thalaq-ayat-12.html
[1] https://abdulaziz96.wordpress.com/2015/03/17/pengertian-manusia/
[2] http://www.materisma.com/2015/09/kandungan-surah-al-muminun-ayat-1214.html
[3] http://letifebriyanti78.blogspot.co.id/2014/04/konsep-manusia-dalam-pandangan-islam.html
[4]https://www.google.com/search?biw=1366&bih=602&tbm=isch&sa=1&q=al+baqarah+33&oq=al+baqarah+33&gs_l=img.3...107124.107948.0.108489.0.0.0.0.0.0.0.0..0.0....0...1c.1.64.img..0.0.0.pf8xIvaf8Zw#imgrc=6a_3G8ATyGcXwM%3A
[5]https://www.google.com/search?q=al+mukminun+115&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwjC15C8zKLQAhWrKMAKHQHFCwsQ_AUICCgB&biw=1366&bih=602#imgrc=z_AhxVV_nBMmWM%3A
[6] http://www.ibnukatsironline.com/2015/10/tafsir-surat-ath-thalaq-ayat-12.html
[7]https://www.google.com/search?biw=1366&bih=602&tbm=isch&sa=1&q=ad+dzariyat+56&oq=ad+dzariyat+56

Tidak ada komentar:
Posting Komentar